Kata Kak Namjun, jurnal ini dari semesta untuk Sheren. Apa benar? Sheren anggap benar ya? mulai sekarang Sheren akan banyak cerita disini, Sheren harap semesta baca dan mungkin bisa ikut bantu Sheren.
Sherenia, hari ini Arven panggil Sheren begitu. Hari ini Sheren banyak menghabiskan waktu sama Arven. Dia juga ajak Sheren sholat di masjid bagus dekat jalan besar. Dan kita ketemu Mama Charvi, wanita baik yang bekerja di masjid. Mama Charvi dan Arven jadi dua kebahagiaan Sheren hari ini.
“Kak, ada cowok yang kemaren tuh di luar,” suara Sean membuyarkan lamunan Sheren setelah selesai menulis di jurnalnya.
Sheren menoleh, ia sempat berpikir sejenak siapa cowok yang dimaksud Sean, sedetik kemudian ia ingat.
“Oh! Oke!” ujarnya sambil bangkit dari hadapan meja belajarnya.
“Siapa sih kak? Pacar lo?” tanya Sean.
Sheren mendengus geli “Strangers.”
“Hah?! strangers apaan sampe tau rumah kita?! Siapa tau dia—”
“Tenang aja, dia nggak akan macem-macem. Dan dia bukan pacar gue,” ujar Sheren kemudian bersiap keluar kamar.
“BTW kak, besok gue nggak bisa nganter lo. gue harus ke SMA Grahita pagi-pagi untuk urusan osis, gue ngajuin proposal sparing tim basket sekolah kita,” ujar Sean.
Sheren menoleh “Terus gue?”
“Sama Axel lah!”
Puk!
“Eh apaan sih?!” protes Sean setelah dipukul olah kakaknya.
“Gausah bawa-bawa dia!”
Sean mendengus “Kenapa? Lo berantem?”
Sheren berdecak sambil merengut.
“Lo berangkat se-pagi apa sih? Gue bangun pagi deh! Serius!” ujar Sheren.
Sean menggeleng “Lagian kak Gauri minta bareng sama gue, jadi abis jemput dia ke rumahnya gue langsung ke SMA Grahita.”
Sheren melebarkan matanya “Gauri yang anak IPS?! Yang blasteran Jerman? Yang ayahnya punya perusahaan mobil di jerman itu?!” tanya Sheren heboh.
Sean mengangguk.
“Kenapa sih?”
“LO KENAPA NAKSIR DIA SEAN?! DIA ITU SEANGKATAN GUE! DIA KAKAK KELAS LO!” pekik Sheren.
Sean menghela malas “Otak lo sempit banget sih kak! Orang urusan osis doang, udah sana temuin mas-mas stranger!” usirnya.
“Terus besok gue gimana?”
“Gue minta kak Reon jemput lo,” ujar Sean sambil mesuk ke kamarnya dan menutup pintu.
Sheren menghela kemudian menemui seseorang yang menunggunya diluar rumah.
“Kak Namjun!” sapanya setelah menggeser pagar.
Namjun menoleh kemudian membuka tudung jaketnya, ia memasukkan tangan ke saku.