Because I Know

Rizqiqa Adibya
Chapter #17

It's not About Reputation

“Goblok banget dah, masa semua nilainya remedial sih?”

“Lah emangnya lo enggak?”

“Gue remidi sih iya, tapi nggak semua mapel kayak dia. Heran banget gue, Sheren kenapa bisa suka sih sama dia?”

“Ssst, gak usah ngomongin cewek itu kenapa sih?”

“Iya ya maaf.”

“Tapi iya deh, Sheren sampe sekarang belum masuk sekolah. Dia pindah apa gimana?”

“Semoga aja pindah, jadi sekolah gak perlu banyak drama begini.”

“Iya sih ya jir, gue jadi dia mah pindah. Lagian mau di taro dimana muka sok kecakepan dia itu?”

Arven menghela mendengar gadis gadis di dekat tempat duduknya itu asyik sekali menggosip.

Sambil membaca buku tentang sejarah Majapahit yang ia temui di kolong mejanya, Arven mati-matian berusaha mengusir nama Sheren dari benaknya.

Sejak kemarin kejadiannya dengan Arora, nama Sheren mendadak melekat begitu saja di benaknya.

Bahkan suara Sheren, dan senyum manis darinya terus-terusan menghantuinya.

“Gibah teros! Belajar sono goblok!”

Arven menghela kesal setelah mendengar suara itu.

“Yeu, sirik aje.”

“Diem ego, dia marah temen nya di gibahin.”

Arora mendelik setelah menegur segerombolan gadis tadi, kemudian matanya menatap Arven yang sedari tadi menunduk membaca buku.

“Lo juga, daripada lo baca sejarah Majapahit yang udah di ajarin dari SD, mending lo belajar fisika atau kimia biar gak remidi terus,” ujar Arora saat dirinya telah berdiri tepat di hadapan Arven.

Arven mendongak “Iya,” singkatnya kemudian kembali menunduk.

“Eh, lo beneran mau begini terus? Gak mau balik kayak dulu? Gak cape?”

Arven hanya diam sambil membalik halaman buku.

“Ven, mumpung gue lagi mode alus nih, gue lagi males ngamuk-ngamuk. Dengerin gue, jawab gue!” ujar Arora.

Arven menutup bukunya kemudian menatap Arora.

“Balik lagi kayak apa? Memangnya ada apa dengan aku yang dulu ra?”

Arven berdiri “Jangan paksa aku hanya untuk Sheren, jawabanku kemarin bukannya sudah cukup jelas?”

Arora menghela kasar “Y-ya tapi—”

“Tolong hargai kemauan ku, ini yang terbaik untukku juga untuk Sherenia sendiri.”

Cowok itu bangkit kemudian menggendong tassekolahnya dan pergi meninggalkan kelas.

“Arven lo mau kemana?” pekik Arora sambil mengejar cowok itu.

“Ra!”

Langkah Arora tertahan akibat seseorang mencegatnya di Lorong.

Gadis itu mendongak “Kenapa sih?! Gue lagi ngejar Arven tuh!” ketusnya pada Reon.

“Jadi bener lo sekarang deket sama Arven?”

Bugh

“Dapet hoax dari mana lagi hah?!” tanya nya dengan nada tinggi.

Reon mengusap lengan nya yang kena sasaran Arora “Raka.”

Rahang Arora mengeras, sungguh ia berniat akan menghabisi cowok itu lain waktu.

“Diem ah lo, gue mau ngejer Arven keburu anaknya bolos.”

Arora hendak berlalu dari hadapan Reon, namun dengan cepat cowok itu kembali mencegat Arora.

“Gak usah di kejer. Lo gak usah ikut campur lagi masalah ini, terserah apa kata Sheren, keputusan Arven untuk jauhin dia udah bener.”

Lihat selengkapnya