Because I Know

Rizqiqa Adibya
Chapter #25

Wait For Me...

“Ren, gue tau lo bego tapi jangan pura-pura bego kaya gini.”

“Apa lo nggak pernah mikir kalo Namjun cuma bohongin lo?”

“Jangan bego Sheren!”

Sheren menghela sambil mengelap pipinya, entah sudah berapa kali tangannya bergerak untuk mengelap pipinya yang terus basah

“Mereka bener Ren, lo emang bego! Lo emang bego sampe bisa-bisanya dibohongin sampe sejauh ini.”

“Bohong,” lirihnya.

Gadis itu menghadap gedung gedung pencakar langit yang nampak serasi dari atas sini. Ya, gadis itu ada di rooftop sejak tadi.

Rooftop ini sudah diubah menjadi tempat berkumpul untuk pengunjung gedung, namun beruntung tak ada siapapun disana.

Hanya Sheren dan segala sakit di dadanya.

“Bohong, Kak Namjun Bohong!!” ujarnya sambil menjambak rambutnya, ia kembali meraung dan memukul mukul dadanya yang sesak.

Dirinya terduduk di lantai rooftop, ia merasa dirinya sudah benar-benar tidak berdaya untuk sekadar tetap berdiri.

Ingin rasanya ia dibawa melayang pergi ke atas.

Dunia sudah terlalu sering menjatuhkannya. Ia pernah merasakan terbang setinggi langit, namun kini semesta kembali menjatuhkannya.

Kali ini jatuh yang menyebabkan banyak luka dalam yang tidak bisa disembuhkan.

Hatinya sudah terlalu sakit.

Ia mendongak menatap awan, ingin rasanya ia berteriak protes kepada semesta yang Sheren anggap ikut membohonginya selama ini.

Namun ia benar-benar tak bisa, ia sudah lelah ditentang banyak pihak karena keputusan gilanya sejak awal, ia sudah lelah di tolang berkali kali oleh pria yang diyakini adalah pria yang akan mendampinginya hingga tua. Ia sudah lelah di menjadi orang bodoh, ia sudah lelah.

“Sherenia.”

Sheren benar benar membeku saat suara itu memanggil Namanya.

Harusnya ia senang Arven menyapanya seperti biasa, namun kini sungguh ia ingin kabur jauh-jauh dari Arven.

Arven berjongkok, menyejajarkan dirinya dengan Sheren yang kini hanya menunduk menatap tangannya sendiri.

“Jangan duduk disini, ayo bangun.” Arven mengangkat tubuh Sheren dari lantai kemudian dibawanya ke kursi terdekat.

Sheren benar-benar tak memberontak, ia hanya diam, pasrah, dan bahkan berharap supaya Arven melemparnya dari atas rooftop.

“Sheren, liat aku!” inta Arven sambil memegang tangan Sheren.

Sheren menatap tangan Arven, ada sebuah cincin menyelip diantara jari cowok itu.

Sheren tersenyum kemudian tertawa.

“Waw, aku nggak nyangka kamu bener-bener tunangan.” Katanya dengan suara serak.

Arven menyadari apa yang Sheren lihat, kemudian ia buru-buru melepas cincin perak itu dan melemparnya asal.

Lihat selengkapnya