“Kak mau jalan sama kak Reon?” tanya Sean.
Aku mengangguk sambil memoles bibirku dengan liptint.
“Kenapa? mau ikut?”
Sean mengangguk “Gamau gue jadi nyamuk!”
Aku tertawa lalu memeriksa ponsel, tak ada notifikasi dari Reon. Terakhir adalah saat ia menanyakan apakah acara malam ini jadi atau tidak.
Samar-samar terdengar ada seseorang yang membunyikan lonceng di pagar.
“Eh itu siapa? Coba cek! Siapa tau abang paket!” pintaku.
Sean mengangguk kemudian keluar dari kamar, aku duduk di kasur kemudian membuka-buka social media sambil menunggu Reon menjemput.
Ting
Reon : Sheren sorry, malem ini nggak jadi ya? ada seseorang yang mau ketemu kamu.
Aku mengernyitkan dahi, aku cukup terkejut karena Reon membatalkan acara ulang tahunnya sendiri secara tiba-tiba.
Baru saja aku ingin membalas pesan Reon, Sean masuk ke dalam kamar.
“Sean! Reon nggak jadi kesini, dia batalin acara hari ini. aneh nggak sih? Perasaan dia nggak pernah batalin janji gitu aja.”
“Loh kok bisa? Ini kan hari ulang tahun dia,” ujar Sean.
Aku menggeleng lesu sambil menatap kotak kado kecil yang sudah kusiapkan untuk kuberikan padanya.
“BTW nih, gak ada siapa siapa di depan. Cuma ada ini, kayaknya ada yang nyangkutin di depan pager.” Sean menyodorkanku sebuah gulungan kertas lusuh kecoklatan yang diikat dengan pita cokelat.
Telihat tulisan tangan yang menunjukkan kalau surat ini untukku.
“Apaan ini? dari siapa?”
“Gak tau,” ujar Sean
Aku menerima surat itu.
“Yaudah, sana ganti baju lagi! Nggak jadi pergi kan? mending marathon film yuk!”
Aku mengangguk, “Boleh! Sana duluan!”
Sean mengacungkan jempol kemudian meninggalkan kamarku.