Aku membuka mata.
Diam sejenak untuk mengumpulkan nyawa kemudian melirik ke kanan dan kekiri.
ini kamarku.
Aku meraba mataku dan merasakan basah air mata, kemudian aku meraba dadaku yang terasa sedikit sesak dan detak jantung yang tak keruan.
Namun setelahnya aku tersenyum, mimpi buruk semalam sudah terlewati.
Lalu aku mengambil posisi duduk dan berjalan ke arah kamar mandi, aku mengernyit melihat bajuku benar benar sama seperti apa yang ada di dalam mimpi.
Aku menepuk jidat.
“Astaga iya! Kemaren ulang tahun Reon! Duh pasti ketiduran!” pekik ku kemudian kembali keluar dari kamar mandi dan mencari ponselku untuk menghubungi Reon.
Aku melebarkan mata saat mendapati Chat terakhir dari Reon adalah,
Reon : Sheren sorry, malem ini nggak jadi ya? ada seseorang yang mau ketemu kamu.
Sungguh aku ingin berteriak rasanya, jadi yang semalam bukan mimpi?
Cepat-cepat aku keluar dari kamar kemudian menyerukan nama Arven.
“Arven! Arven kamu dimana? Arven!” teriakku tidak jelas diiringi air mata yang berderai.
“Kak!” Sean memegangi kedua pundakku panik.
“Hey? Kak! Kenapa?”
“Arven! Mana Arven?” tanyaku sambil menatap mata Sean.
Sean diam sebentar.
“Sean jawab!” sentakku.
Aku sudah benar-benar gila.