Seoul, Korea Selatan
“Apa ini benar-benar tidak bisa diundur?” Dong Hyun memindahkan ponselnya dari telinga kanan ke telinga kiri, kemudian mendesah panjang, menandakan dia tidak mendapat jawaban yang sedikit lebih berpihak kepadanya.
“Baiklah,” putusnya kemudian, menutup sambungan itu dan meletakkan ponselnya ke meja.
“Tidak bisa diundur. Kau bisa menjemputnya besok, kan?”
Ji Yoo menangkup wajahnya dengan kedua tangan, menggembungkan pipinya menatap Dong Hyun malas. “Bagaimana kalau aku salah orang? Aku, kan, tidak tahu sepupumu itu wajahnya seperti apa.”
“Aku akan memberimu fotonya. Dia sama tampannya denganku, kok,” balas Dong Hyun bangga, yang langsung dihadiahi cibiran Ji Yoo.
“Bisa kau ceritakan lebih detail tentang dia, tidak? Sifatnya, mungkin?”
“Ayahnya sepupu jauh dari ayahku. Sudah, tenang saja, dia bukan tipe laki-laki yang macam-macam. Aku rasa kau akan menyukainya. Kalian berdua memiliki kepribadian hampir sama.”
Ji Yoo melotot, “Benarkah?”
“Suka bangun siang, memusuhi sayuran, dan yang paling parah, kalian berdua itu sama-sama maniak game,” jelas Dong Hyun dengan nada yang dilebih-lebihkan. Seolah serentet sifat yang baru saja disebutkannya merupakan hal paling menyebalkan di dunia.
Tawa Ji Yoo meledak keras, merasa sangat senang dengan gambaran yang diberikan Dong Hyun tentang adik sepupunya itu. Apa lagi yang ada di kepalanya, selain mengajak sepupu kekasihnya itu bertanding game! Mendapatkan lawan yang seimbang sepertinya hal menarik karena selama ini Dong Hyun selalu kalah jika dia mengajak kekasihnya itu bertanding game melawannya. Sama sekali tidak seru.
“Ngomong-ngomong, siapa nama sepupumu itu?” tanya Ji Yoo setelah puas tertawa. Wajahnya yang putih langsung bersemburat merah jambu. Selalu begitu jika dia kehilangan kontrol tawa. Ji Yoo memang tidak bisa berhenti tertawa sebelum merasa perutnya akan meledak karena kram. Dia menopangkan tangannya ke atas meja, mencondongkan wajahnya ke depan sambil menatap Dong Hyun dengan sepasang mata membulat.
Dong Hyun menyandarkan tubuhnya ke kursi kerja, menyunggingkan senyum tipis sebelum akhirnya menjawab, “Seo Ji Suk.”
Saat itu juga Shin Ji Yoo bisa merasakan bibirnya tertarik ke atas, melengkung membentuk senyuman. Nama yang keluar dari bibir Dong Hyun itu seakan terus berdengung di telinganya, nama yang kelihatannya terdengar sangat mudah untuk diucapkan. Entah mengapa, mendadak dia merasa bahwa berkenalan dengan si pemilik nama itu sepertinya akan menyenangkan.
Bandara Incheon
Lee Dong Hyun menggenggam tangan Ji Yoo, sesekali memainkan telapak tangan dan jari-jari gadis itu di atas tangannya sendiri. Pria itu mendesah panjang saat mendengar pengumuman penerbangan ke New York akan segera berangkat.
“Ji Yoo-ya6, apa kau akan merindukanku?” tanya Dong Hyun bodoh.
Ji Yoo menyipitkan sedikit matanya, memiringkan kepalanya menatap Dong Hyun bingung. “Kau akan pergi tiga bulan. Bagaimana bisa aku tidak merindukanmu?” jawabnya mengomeli Dong Hyun.