Flashback On
Jam berjalan sangat cepat, semua hal terjadi begitu cepat namun tidak banyak hal yang terjadi. Lysha hanya termenung melihat jam dinding yang berada di atas dinding kamarnya.
Rasa suram saat ini sedang menyelimuti hati dan perasaan Lysha, tanpa meminta izin atau memohon maaf terlebih dahulu. Wanita itu hanya terdiam di atas kasurnya sembari menatap ponsel miliknya dengan tidak minat.
Tugas dan kesalahan yang ia buat hari ini cukup membuat Lysha tidak mood seharian. Beberapa kali Lysha ingin menangis rasanya, namun ia tahan karena ia malu dengan teman-temannya. Sedangkan Faldo, Lysha sudah menghubungi laki-laki itu berulang kali dan mengatakan bahwa ia ingin sekali berbicara lewat telpon dengannya. Namun, tugas Faldo juga sedang menumpuk dan membuat lelaki itu menolak ajakan Lysha untuk berbicara lewat telpon.
Di saat jarum panjang melewati angka 9, Lysha meneteskan air matanya. Ia sudah lama menahan air matanya dan sekarang pertahanannya hancur seketika. Lysha merasa membutuhkan teman curhat, namun kedua orang tuanya sedang bertindak ke luar kota untuk menyelesaikan urusan perusahaan. Lysha merasa kesepian, hampa dan sangat gelap, tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa mood nya sangat hancur dan Lysha down hari ini.
Lysha meringkuk di atas kasur, menenggelamkan wajahnya di atas kedua tangannya yang memeluk erat kedua kakinya yang tertekuk. Isak tangis mulai terdengar namun hanya suara malam yang dapat mendengar dan mengerti saat ini.
Di tengah segala isak tangis yang Lysha keluarkan, ponsel miliknya berdering, menampilkan nama Faldo. Lysha melihat layar ponselnya lalu berhenti menangis dan mengatur nafasnya.
“Hallo, Fal,”
“Kamu belum tidur kan. Aku nunggu di depan gerbang nih, kamar kamu juga masih terang tu,”
Lysha tertegun, seketika air matanya berhenti menetes dan ia langsung menyeka semua air matanya yang sudah berlinang di pipinya. “Kamu ngapain ke rumah? Katanya tadi banyak tugas,”
“Udah cepetan turun, keburu diusir satpam kamu nih,”
“Iya-iya, aku turun. Secepatnya,”
Lysha langsung mematikan telpon dari Faldo dan segera menuju gerbang depan rumah.
***
Faldo berdiri di depan gerbang sambil berbincang akrab dengan Pak Jumo, salah satu satpam yang bekerja di rumah Lysha.
“Eh, Mbak Lysha belum tidur ternyata. Saya kira Mbak sudah tidur, hampir saja saya bilang ke Mas Faldo kalau Mbak sudah tidur. Eh, tapi Mas Faldo kaya cenayang, bisa tahu kalau Mbak belum tidur,” ucap Pak Jumo sambil memegang tongkat satpam dengan kedua tangannya.
Lysha menghadirkan senyumnya pada Pak Jumo, agar Pak Jumo tidak merasa curiga bahwa ia menangis “Iya, Pak. Emang si Faldo itu cenayang.” jawab Lysha sambil melempar tatapannya pada Faldo, “ya udah, Pak. Saya sama Faldo di taman rumah ya,”
“Siap, Mbak.” Pak Jumo memberikan gerakan hormat kepada kami, “Mas Faldo motornya ditaruh kaya tempat biasanya ya, Mas,”
Faldo yang baru menaiki motor miliknya langsung mengacungkan kedua jempol tangannya.
***
Lysha hanya diam, menatap langit-langit yang menampakkan sedikit bintang-bintangnya. Entah kenapa, Lysha sangat merindukan cahaya bulan bertaburan banyak bintang malam ini.
Bulan selalu mengingatkannya pada saat semua hal-hal bahagia menghampirinya, mulai dari pertemuannya pertama kali dengan Faldo di atas rooftop sebuah resto pada saat sd, pertemuannya dengan Faldo saat acara prom night sma hingga di saat Faldo menyatakan perasaannya pada Lysha.
“Habis nangis ya?”
Pandangan Lysha berganti memandangi Faldo “Nggak kok,”
Faldo mengulum senyumnya “Dulu pas es-de, kalau kamu nangis nggak sembunyi-sembunyi kaya sekarang, eh pas udah gede mesti pakai banyak alibi biar nggak ketahuan nangis,”
“Nanti dikira alay sama orang-orang, jadinya aku diam aja,” jawab Lysha.
Faldo menyodorkan sebuah kantong plastik putih “Dimakan, aku tahu kamu pasti belum makan. Tenang aja, ini salah satu moodbooster kamu,”
Lysha mengerutkan kedua alisnya sambil menerima pemberian Faldo lalu melihat apa yang kekasihnya itu berikan, sehingga ia rela setelah menyelesaikan semua tugas-tugas kuliahnya langsung mendatangi Lysha.