Setiap hati yang merasakan rasa cinta, tentu akan bahagia, namun ketika cinta itu menjadi penyebab nomor satu rasa sakit hati yang ada, jangan tanya lagi seberapa sakitnya perasaan yang terluka.
Rasa sakit yang sudah ia pendam selama empat tahun ini, belum bisa ia lepaskan sepenuhnya. Bayang-bayang akan masa lalunya dan Faldo yang selalu hadir dalam pikirannya silih berganti dengan perasaannya selama ini.
Entah harus menunggu berapa lama lagi ia baru akan ikhlas dengan keputusan Faldo, yang jelas Faldo sudah sukses membuat setiap waktu yang ia jalani terasa sama, hambar dan tanpa makna.
“Sampai kapan kamu akan seperti ini, Sha?”
Pertanyaan itu membuat Lysha tersadar akan kehadiran seseorang, Mamanya. Dulu, kedua orang tua Lysha percaya bahwa Faldo adalah laki-laki baik yang akan selalu menemani Lysha dalam segala perasaannya, baik itu perasaan terbaik hingga terburuknya.
Namun, sama halnya seperti Lysha, mereka juga terkejut ketika tahu bahwa Faldo memutuskan kabarnya dan menghilang seolah tidak peduli lagi dengan hubungan dua anak muda yang akan beranjak dewasa itu. Tak bisa dipungkiri, sebagai orang tua, Ratu dan Mahardika merasa sangat kecewa dengan keputusan Faldo, mengingat selama empat tahun ini Lysha sangat berjuang keras untuk memulihkan perasaannya kembali dan melanjutkan kehidupannya kembali.
“Lysha udah mulai sadar kalau Faldo nggak akan mungkin balik lagi, Ma. Tapi, kenapa Lysha belum sadar juga, untuk apa Lysha mikirin laki-laki yang sudah buat Lysha sedih selama bertahun-tahun?”
Ratu mengelus kepala anak sematawayangnya dengan lembut “Mama paham, ini berat untuk kamu, Sha. Mama juga ngerti seberapa kerasnya kamu berusaha keluar dari hal-hal buruk yang menghantui kamu, tapi kamu harus benar-benar ikhlas untuk setiap kejadian yang sudah Pencipta kamu kasih ke kamu,”
Lysha meneteskan air matanya “Lysha selalu ngerasa Lysha lemah kalau harus berhadapan dengan masalah itu lagi. Orang-orang pikir Lysha terlalu alay, karena terlalu membawa ke hati perasaan Lysha setelah ditinggal Faldo.”
Ratu menepuk kedua pundak Lysha dengan pelan, memberikan sebuah energy positif yang sangat besar kepada putrinya itu “Dengarin Mama, Nak. Setiap manusia itu merasakan kesedihan mereka berbeda-beda, mereka juga akan mengekspresikan kesedihan mereka berbeda-beda. Mama cuma akan bilang ke kamu, kalau kamu bebas merasa sedih seperti apa yang kamu mau, tapi kamu harus kembali dan bangkit. Tugas Mama dan Papa sekarang, memastikan kamu baik-baik saja, selalu ada di dekat kamu dan ada untuk kamu selalu, dengan begitu, sesedih apa pun kamu, kamu akan tetap punya alasan untuk bertahan dan melanjutkan hidup kamu,”
“Makasih, Ma,” Lysha memeluk Ratu.
Hati Ibu mana yang tidak hancur ketika melihat anak yang mereka sayangi hanya bisa memandang kebahagiaan tanpa berminat untuk menyentuhnya bahkan menggapainya.
Ratu mengelus pundak Lysha dengan perasaan sayang seorang Ibu kepada anaknnya “Semoga kamu diberikan kekuatan ya, Sayang. Kamu pasti bisa, Mama sama Papa selalu ada untuk kamu,”