Mbok Rona membawa kardus yang sudah disiapkan Lysha di depan kamar lalu diminta untuk dibuang atau dibakar saja.
Sekardus besar benda-benda yang sudah lama hanya ditatap oleh Lysha, akhirnya tersingkirkan dari tahta tinggi barang-barang yang berada di kamarnya.
Sudah empat tahun, empat tahun Lysha menunggu dengan harapan Faldo akan kembali padanya, kembali untuk menyelesaikan semua cerita yang belum memiliki akhir. Tapi, penantian yang bahkan memerlukan semua genangan air mata dan isakan yang selalu tidak bisa ditahan, tidak pernah berarti apa-apa untuk semesta.
Keberanian itu Lysha putuskan karena kehidupannya tidak bergantung pada rasa cintanya kepada Faldo. Rasa cintanya itu hanya membawa kesepian dan keheningan tidak bersudah.
Mbok Rona membawa kardus besar itu dengan dibantu oleh Pak Juma.
Ratu melihat kedua karyawannya merasa heran dengan apa yang dibawa mereka “Mbok, itu isinya apa?” Ratu meletakkan majalah kesukaannya yang langsung ia taruh dan mendekati keduanya.
Mbok Rona dan Pak Juma otomatis menghentikan langkah mereka dan langsung menurunkan kardus besar itu “Ini, Nyonya, Non Lysha minta tolong buat buang barang-barang ini atau nggak dibakar aja,”
“Isinya apa?” tanya Ratu sambil sedikit berusaha mengintip isi kardus.
“Saya kurang tahu, Nya. Apa mau saya buka saja?”
Ratu mengangguk.
Mbok Rona membuka kardus itu dan seketika langsung tampak apa saja barang yang terisi di dalam kardus itu. Ratu langsung melihat sebuah figura foto dengan latar foto anak tunggalnya bersama mantan kekasihnya dulu.
Tangan wanita itu refleks mengambil figura foto yang menampilkan foto pasangan yang sudah lama mengakhiri hubungan mereka tanpa kata akhir.
Terlihat senyum bahagia Lysha tergambar. Setelah empat tahun, baru sekarang Lysha akhirnya bisa menyingkirkan semua barang itu tanpa berniat membuangnya sendiri. Sangat terlihat bagaimana kesedihan Lysha selama ini dengan menyimpan barang-barang itu sambil terus memanjatkan harapan-harapan kecil yang tidak terdengar.
“Mbok,”
“Iya, Nya?”
“Jangan buang apalagi bakar barang-barang ini. Taruh aja di gudang, siapa tahu barang ini masih mau dipakai,” titah Ratu sambil menaruh kembali figura foto itu.
“Baik, Nya,”
Pak Juma menutup kardus itu dan pandangan Ratu masih tidak bisa terlepas dengan figura foto anaknya.
Kedua karyawan rumah Ratu langsung pergi menuju gudang sambil mengangkat kardus tadi. Ratu hanya terdiam melihat kepergian Mbok Rona dan Pak Juma yang membawa kardus berisi barang penuh kenangan anaknya.
“Saya mau barang itu kembali ke pemilik lainnya, Faldo. Saya ingin kamu kembali dan mengakhiri cerita kalian berdua dengan sebuah kejelasan yang membuat anak saya lebih ikhlas melepaskan kamu,” gumam Ratu.
***
Lysha menyeruput kopi yang baru saja diantar oleh office boy kepadanya. Hampir semua pekerjaannya hari ini selesai walau perasaannya yang masih diliputi kesedihan.
Jarum jam perlahan mengejar sang waktu untuk menyamakan langkah mereka.
Lysha membuka ponsel miliknya dan mengecek isi seluruh galeri. Tidak ada satu pun foto Faldo dan mereka berdua lagi di galeri miliknya. Lysha memastikan bahwa tidak ada lagi barang-barang dan foto yang berkaitan dengan hubungan mereka berdua lagi.
Setiap detiknya sekarang, wanita itu memastikan bahwa sampai sekarang ia masih bertahan dan itu tanda bahwa ia berhak untuk melanjutkan kehidupannya untuk mencari kebahagiaan.
“Hampir bisa utuh, Sha. Kamu pasti bisa, tinggal sedikit lagi kamu bisa keluar dari ini semua,” ucapnya.
Bertepatan dengan dirinya yang sedang mengatakan kata-kata motivasi untuk dirinya sendiri, Afnan menelpon Lysha.
“Hallo,”