Afnan mengantarkan Lysha pulang seusai ia menyelesaikan semua tugasnya di kantornya. Sudah berjam-jam Lysha lewati dengan bercengkrama lebih akrab dengan Galuh dan Roy.
Dari situlah, keyakinan yang Lysha mulai yakin semakin bertambah.
“Afnan,” sang pemilik nama kemudian menoleh kepada Lysha.
“Aku tahu kamu sudah nunggu jawaban ini dari lama. Aku juga tahu kamu orang yang baik, yang nggak akan pernah memaksa aku buat menerima sesuatu hal yang nggak bisa aku yakini sendiri.”
“Maksud kamu?” tanyanya dengan ekspresi datar.
Lysha menghela nafasnya lalu menarik senyumnya “Aku mau jalani hubungan itu sama kamu. Aku mau berbagi banyak cerita sama kamu, jadi wanita yang selalu ada untuk kamu dan menjadi orang yang akan banyak belajar sama kamu.”
Afnan terdiam sebentar, lalu tak lama ekspresi wajahnya seketika berubah setelah ia menyadari maksud dari perkataan Lysha.
“Kamu mau?” tanya Afnan untuk memastikan maksud Lysha.
Lysha mengangguk tanpa ada rasa ragu sedikitpun dalam tatapannya.
“Kamu sendiri lihat tadi gimana aku susah maafin Papi, Sha. Kenapa kamu masih yakin aku laki-laki yang baik? Kenapa kamu semakin yakin buat nerima aku?”
Lysha merekatkan jari-jarinya “Setiap orang pasti punya cerita tersendiri untuk memaafkan. Tadi, aku lihat gimana perjuangan kamu dan kelapangan hati kamu untuk maafin Papi kamu. Hari ini, kamu semakin meyakinkan aku buat nerima kamu,”
Afnan menarik senyum sempurnanya yang sudah pasti bisa membuat banyak orang jatuh cinta dengan senyuman itu, terutama Lysha “Makasih, Lysha. Makasih sudah mau menerima laki-laki yang tidak sempurna kaya aku. Aku nggak bisa janji apa-apa sama kamu, tapi aku akan terus berusaha menjadi diri aku sendiri untuk kamu,”
Lysha mengelus pundak Afnan dengan perlahan “Kamu nggak perlu jadi sempurna, cukup jadi Afnan yang terbaik.”
Rasa bahagia dan haru rasanya menerpa Afnan secara bersamaan.
***
Tiga bulan setelah pernyataan ‘iya’ dari Lysha, Afnan dan Lysha semakin serius untuk menjalani hubungan mereka. Sebulan yang lalu, keduanya memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius dan Afnan akhirnya melamar Lysha di depan semua keluarga dekat mereka berdua.
Semakin mendekati hari pernikahan Lysha dan Afnan, mereka berdua juga semakin disibukan dengan urusan pekerjaan dan persiapan pernikahan.
Setelah pengesahan penurunan kepemilikan perusahaan kepada Lysha, tidak ada kata santai untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna sekarang. Wanita itu sudah diberi tanggung jawab oleh Mahardika untuk mengelola perusahaan yang sudah ia rintis sampai sebesar ini, setelah sebelumnya orang tua Mahardika memberikan perusahaan ini yang masih dalam tahap rintisan kepada Mahardika.
Rapat kali ini menguras tenaga dan pikirannya selama beberapa waktu dan akhirnya berhasil ia selesaikan dengan sangat-sangat baik.
“Permisi, Bu. Maaf mengganggu, Bu. Ada tamu yang katanya mau bertemu dengan Ibu,” ucap sekretaris Lysha yang baru saja memasuki ruang rapat yang tinggal bersisa dirinya bersama beberapa staff.