Lalu lalang beberapa dokter bersama rombongan anak koas, perawat hingga pasien yang dibawa menuju ruang ICU atau dipindahkan ke bangsal, menjadi pemandangan yang wanita itu lihat selama ia tiba.
Isakan yang mulai reda juga membuat suasana menjadi tegang malam ini. Semuanya berubah ketika Faldo kembali ke kondisinya yang lemah seperti dulu dan membuat keluarganya bingung harus melakukan apalagi.
Kini, tidak ada hal lain yang Lysha pikirkan selain kebingungannya dengan keadaan yang ia alami saat ini. Di satu sisi ia harus melihat kondisi Faldo yang sebenarnya, di sisi lain ia harus berpikir tentang hubungannya dan Afnan.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi dibalut dengan kemeja biru muda dan jas biru dongker, berdiri di samping Lysha kemudian mengelus perlahan pundak kanan Lysha.
“Gimana kondisi Faldo?”
Lysha memejamkan matanya sepersekian detik lalu menghela nafasnya dalam-dalam “Masih sama,”
Tadi siang Ryan menelpon bahwa Faldo tadi shubuh dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang tiba-tiba memburuk. Sudah dari siang hingga malam ini, Faldo masih ditangani dan berada di ruang ICU karena kondisinya yang tidak stabil.
Afnan merangkul pundak Lysha kemudian membawa wanita itu ke dalam pelukannya “Ada aku di sini untuk kamu.”
Air mata yang Lysha tahan dari tadi akhirnya jatuh juga. Lysha sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini ditengah kondisi Faldo turun seperti ini.
“Nggak apa-apa. Aku yakin dia kuat, aku yakin dia pasti bisa,” Afnan mengelus rambut Lysha dengan lembut.
***
Sudah tidak terasa lagi waktu yang dihabiskan manusia ketika menunggu seseorang untuk sadar dan pulih kembali. Kedua orang tua Faldo serta Lysha dan Afnan masih menunggu di depan ICU.