Lysha menanti saat dia diizinkan untuk masuk ke dalam ICU untuk menemui Faldo yang sudah sadar.
Saat ini, Putra, Papa Faldo mendapat giliran pertama dan giliran kedua Lysha dan Ira. Ira mondar-mandir dengan perasaan yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tak berapa lama, Putra keluar lalu Lysha dan Ira langsung masuk untuk melihat kondisi Faldo.
Suasana ICU membuat Lysha merasa tidak nyaman, ruang itu bisa menampung setidaknya 6 pasien dengan bagian tengah ruangan menjadi bagian para perawat memantau pasien.
Terlihat senyum Faldo terlukis ketika ia sudah sampai di tempat Faldo. Laki-laki dengan selang infus, selang oksigen dan beberapa peralatan yang tidak Lysha pahami untuk saat ini.
“Mama takut kamu kenapa-napa, Fal,” adu Ira.
Faldo tersenyum “Faldo akan tetap baik-baik aja, Ma,”
“Gimana? Masih sakit?” tanya Ira.
“Nggak, Ma,”
Sangat terlihat dari tatapan Ira bahwa ia sangat takut akan kondisi anaknya saat ini.
“Lysha,” panggil Faldo.
Lysha kemudian mendekat ke arah Faldo “Kamu hampir buat semua orang jatuh pingsan sama keadaan kamu,” ucap Lysha dengan raut wajah sebalnya karena kondisi Faldo yang tiba-tiba buruk.
“Lebay,” ejek Faldo.
“Habis kamu keluar dari rumah sakit, kamu harus tanggung jawab buat beliin aku masker wajah,”
Faldo terkekeh “Aku beliin se tokonya nanti,”
Senyum mengukir di bibir Lysha setelah mendengar Faldo yang sudah bisa bercanda dengan dirinya.
“Sha,” panggil Faldo kembali, “maafin aku ya, maaf harus buat kamu sama Afnan kepikiran. Tolong sampaikan maaf aku ke Afnan. Aku juga berharap aku bisa ke pernikahan kalian, tapi nggak tahu,”
“Sudah, yang harus kamu pikirin itu kamu dulu, Fal. Semua orang mau kamu pulih lagi, kalau kamu pulih kamu bisa ke pernikahan aku sama Afnan.” jawab Lysha.
Faldo tersenyum “Dari awal aku tahu kamu akan pilih Afnan, untuk apa pun alasan aku kembali. Aku harap kamu bisa mencintai Afnan sama kaya Afnan cinta sama kamu, atau bahkan lebih. Aku yakin, Afnan itu nggak akan pernah nyakitin kamu walaupun dia punya banyak alasan kuat buat nyakitin kamu. Aku ikhlas kamu bahagia sama Afnan,”
Senyum Lysha memudar, kini berganti air matanya yang berlinang lalu terjatuh satu demi satu “Aku berdoa supaya kamu ketemu sama wanita yang lebih baik dari aku, Fal,”
Tangan kiri Faldo menggenggam tangan Lysha “Jangan pernah sedih untuk aku, Sha. Aku bahagia kalau orang-orang yang aku sayangi juga bahagia,”