"Hahaha." Raizhen terus tertawa dalam perjalanan pulang dan entah kenapa rasa sakit di pipinya sudah tak terasa.
Sesampainya di rumah kecil yang Raizhen sewa. Rumah yang hanya berisi 1 kamar tidur, ruang tamu dan sebuah dapur mini. Raizhen langsung menutup pintu rumah rumah dan menuju ke kamarnya.
Akhirnya, Raizhen langsung meletakkan buku yang ia dapatkan di atas meja samping kasur dan mulai mumbuka lembaran bukunya serta membacanya.
'teteskan darahmu ke lembar buku ini!'
Sebuah kalimat perintah tertulis di lembar pertama tanpa ada hal lain. Hanya 1 kalimat yang tertulis dengan warna merah darah, menunjukkan sesuatu yang sangat berbahaya jika Raizhen melakukannya.
Namun, Raizhen tak terlalu memfikirkanya dan segera mengambil pisau kecil di dapur dan segera kembali ke kamarnya. "Jika cuma meneteskan darah, itu takkan membuatku mati kan?" tanya Raizhen pada dirinya sendiri. Lalu ia benar benar menggores jarinya hingga berdarah dan diteteskan ke lembar buku tersebut.
'Cprrrtttt'
Saat darah mulai terserap ke dalam lembaran bukunya. Tiba-tiba, bukunya menjadi aneh, menjadi berwarna merah darah semu kehitaman dan seketika bukunya membuka lembar halaman lain dengan sendirinya. Raizhen hanya keget sesaat dan melihat tulisan di lembar halaman yang terbuka.
Di lembar ini hanya bertuliskan 'Sebut namamu!' Raizhen spontan menjawab. "Arif raizhen."
Setelah Raizhen menjawab. Buku itu pun langsung bergetar hebat hingga meja yang di bawahnya ikut bergetar. Jantung Raizhen berdetak kencang dengan hawa menakutkan yang keluar dari buku ritual tersebut, membuat Raizhen secara tak sadar berkeringat dan memegang dadanya.
Buku mulai tenang dan secara ajaib memulai membuka lembar halaman yang lainnya.
'Kontrak telah selesai. lakukan ritual yang selanjutnya!! jika kamu tidak melakukannya, anda akan MATI mengenaskan!!'
Sebuah kata 'MATI' terlihat menyeramkan dengan aura mencekamnya. "Jadi? Ritual apa yang akan aku lakukan?" Tanya Raizhen dengan kebingungan yang menyesakkan otak kecilnya.
Secara ajaib, tulisanya berubah dan tertulis sebuah perintah.
'Gambar sebuah bintang terbalik di lembar selanjutnya menggunakan media darah untuk menggambar.'
"Hmmm. aku harus mengiris jariku lagi jadinya," ucap Raizhen yang segera mengiris jarinya sendiri dan langsung menggambar sebuah bintang terbalik di lembar halaman selanjutnya.
Tak lama setelah gambar itu selesai. Buku tersebut memancarkan cahaya merah darah yang mengganggu pandangan mata Raizhen. Halaman lain pun terbuka dengan sebuah tulisan yang membuat Raizhen merasa ngeri dan ketakutan.