"Haha Apa kau sudah merasa ku rendahkan? haha," tawa Raizhen begitu keras hingga terdengar dengan jelas ke semua orang yang di ruang kelas. Banyak para siswa yang melihat ke arah Raizhen dan Mark.
Mark kebingungan dan keheranan dengan sikap Raizhen yang begitu tiba tiba.
"Kurang aj*r kau." Mark dengan cepat berdiri dan menarik kerah baju Raizhen berniat menantangnya.
"AKU SUDAH BILANG PADAMU, SABARKU ADA BATASNYA!!!!!." teriak Raizhen dengan keras dan menggema ke ruangan kelas. Matanya menatap mark dengan dingin, dingin nya serasa menembus tulangnya si Mark.
Mark tiba tiba melepaskan Raizhen dan terjatuh dengan sendirinya. "Ke..ke.. napa.. ka..mu berani ke.. pa.. daku se..ka..rang," ucap mark terbata bata sambil mundur dalam keadaan duduk.
Raizhen juga merasa aneh dengan sikap mark yang seperti itu, ia hanya menghela nafas panjang.
"Apakah kamu yang membuat Mark seperti ini demon?" Tanya Raizhen pada Demon yang yang berada dalam tubuhnya.
"Hahahaha haha, aku hanya melepaskan aura kecilku yang kutujukan hanya kepadanya, haha," jawab Demon dengan tawa yang keras. Raizhen sudah menduga, karena si Demon ini suka resek.
"Sudahlah, kamu pergi dari sini. Aku sudah Muak melihatmu!" ujar Raizhen dengan dingin sambil menata kursinya yang berantakan. Mark segera lari dari hadapan Raizhen dan pergi keluar dari kelasnya.
"Aku dan geng gengku akan menyiksamu nanti malam sampai kamu menjerit kesakitan, ingat itu!!" Teriak mark di luar kelas sangat keras
"Dia harus di beri pelajaran." Pikir Raizhen sambil tersenyum sendiri.
"Apa sih yang dipikirkan nih iblis?" Gumam silvia yang melihat Raizhen tersenyum sendiri.
***
Sekolah telah usai, Raizhen menunggu semua murid pulang dan menuju ke rumah bersama Silvia.
"Apa kamu selalu d bully saat di sekolah?" Tanya silvia saat berjalan pulang.
"Iya, haha, ceritanya panjang. Jika aku ingin bercerita, aku pasti akan bercerita kepadamu tentang semuanya dan segalanya." Jawab Raizhen.
Silvia salah faham dengan ucapan Raizhen. Dia berfikir, bahwa jika Raizhen sudah bercerita kepadanya tentang segalanya maka Raizhen sudah mencintainya.
"Ehe" Silvia hanya ketawa kecil dengan bahagia.
"Kenapa sih ni cewek?" tanya Raizhen dalam hati.
Mereka akhirnya tiba di rumah sewa Raizhen dan menyiapkan makan ala kadarnya. Untungnya, silvia mau menurut untuk makan yang seadanya.
Beberapa jam kemudian, tepatnya jam 9 malam.
"Silvia, apa kamu masih merasakam keberadaan hantu di sebelah jauh dari rumah kita?" Raizhen bertanya kepada Silvia sambil Berharap semoga ada hantu beneran di rumah itu.
"Sekarang aku masih belum bisa merasakannya, belum ada tanda tanda. Mari kita tunggu saja tapi sa'at ini aku sudah mengantuk," jawab silvia dan tak lama kemudiab dia tertidur di ruang tamu. Raizhen menggendong silvia ke kamarnya dan tak mengganggunya.
"Hey Demon, apa kamu bisa merasakan energi hantu di rumah itu?" tanya Raizhen pada Demon.
"Aku sudah sejak tadi pagi masih merasakanya. Aku yakin 100 persen bahwa yang di rumah itu adalah penyembah Setan." Jawab demon dengan keyakinan yang pasti.
"Mungkin kamu bisa mengalahkan penyembahnya, tapi apa kamu bisa mengalahkan setan yang di pujanya?" tanya demon kepada Raizhen yang membuatnya bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Haha, untuk saat ini, istirahatlah saja. Karena nanti aku yakin orang yang mengganggumu saat di sekolah tadi pasti mendatangimu. Haha." tambah Demon yang membuat Raizhen teringat dengan apa yang di katakan si mark.
Mark berkata bahwa dia dan gengnya akan mendatangi Raizhen nanti malam. Namun, Sekarang sudah malam tapi belum ada tanda tanda Mark kesini.
"Jadi aku akan istirahat dan menunggu dia datang" ucap Raizhen sambil rebahan di ruang tamu.
*-*-*-*-*-*
20 menit kemudian.
"Apa ini rumah nya si idiot yang di katakan Mark.?"
"Iya benar ini"
"Mari kita masuk"