Pagi pun tiba ...
Raizhen dan Silvia masih terus tertidur, meski sedang tidur, Silvia tetap saja cantik dengan wajah polos tanpa make up apapun, ia terus tersenyum dan memeluk Raizhen. Sedangkan Raizhen tak merasakan apapun dan hanya tertidur dengan pulasnya.
Di ruang tamu, Arnold dan Kakek Baal mondar-mandir membingungkan sesuatu hal yang besar mengenai Silvia. Mereka terlalu menyayangi Silvia, mereka takut jika Silvia akan melakukan hal-hal yang seharusnya belum dilakukan saat masih berumur 15 tahun.
"Kakek, apa Silvia benar-benar tidur dengan Raizhen?" Arnold mengerutkan keningnya dan bertanya pada kakeknya.
"Tak salah lagi, semalam aku merasa aku mendengar suara desahan wanita di dalam kamar Raizhen," ungkap kakek Baal.
Arnold mendecakkan lidah, Arnold menyayangkan adik tercintanya, namun mau bagaimana lagi, meski dia ingin mencegah adiknya berhubungan dengan Raizhen sebelum adiknya berumur 17 tahun. Tapi, Arnold tak bisa menyinggung perasaan Raizhen dan akhirnya, Arnold hanya bisa menghela nafas panjang.
Sedangkan Kakek Baal yang masih mondar-mandir terus bergumam dalam hatinya. "Cucuku sayang, jika kamu sudah melakukan hal-hal yang tak pantas dengan Raizhen. Kakek hanya bisa pasrah dan mencoba menerima hubungan kalian. Semoga engkau dapat bahagia bersamanya, meski kau melakukan itu dengan terpaksa. Maafkan kakek yang tak bisa menjagamu." Kakek Baal salah faham dengan Raizhen. Padahal Silvia sendiri yang menawarkan diri dan yang mengharapkan sesuatu kepada Raizhen.
Silvia sangat senang tidur dengan Raizhen. Meski hanya tidur bersebelahan, tapi itu sudah menjadi hal besar bagi Silvia. Satu hal lagi, Raizhen tak pernah memaksa Silvia untuk melakukan hal-hal yang tak pantas dilakukan siswa yang seharusnya masih bersekolah.
Arnold yang masih cemas, dia tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah dimana kamar Raizhen berada. Kakek Baal yang memahami maksut dari Arnold hanya membiarkannya dan mendukung langkah Arnold.
'Tok Tok Tok Tok'
Arnold yang sudah di depan pintu kamar Raizhen segera mengetuk pintu mereka dan beralasan untuk mengajak sarapan. Silvia bangun tidur karena mendengar suara ketukan pintu, ia dengan malas bangun dari tempat tidurnya dan berjalan berniat membuka pintu.
Silvia membuka pintu kamar tersebut dan melihat Arnold yang berada di depan pintu. "Kenapa kak?" Silvia segera bertanya pada kakaknya. Tanpa disadari oleh Silvia, Raizhen ternyata sudah bangun dan sudah tepat di belakang Silvia.
Arnold melihat Raizhen yang berada di belakang Silvia. Dia menghela nafas panjang dan segera berkata kepada Raizhen dan Silvia. "Mari kita sarapan."
"Iya kak." Sivia segera menjawab kakaknya dan memutar tubuhnya untuk segera membangunkan Raizhen. Sayangnya, Raizhen berada di belakangnya dan membuat mereka bertabrakan.
"Aduh, kamu kok dibelakangku sih?" gerutu Silvia.
"Lah, kamu kenapa tiba-tiba memutar tubuh kek terburu-buru. Haah?" jawab Raizhen datar dan tak mengalah.