"Hati hati kalian ...." Kakek Baal dan Arnold melambaikan tangannya. Mereka segera menutup pintu mansion dan masuk kedalamnya, agar tak dilihat orang. Silvia dan Raizhen pun bergegas menjauh dari mansion tersebut.
Silvia yang memakai kaos warna kuning dengan dilapisi jaket tipis memeluk tangan Raizhen dan bertanya. "Apakah kita akan naik taksi? Bus atau kereta api?"
"Tenang saja untuk itu, jika kita naik kendaraan umum seperti kereta api atau bus, ada kemungkinan kita dengan mudah terkenali. Selain itu, kita tak punya kartu identitas apapun, kita takkan bisa naik kereta api karena tak mempunyai kartu identitas." Raizhen menjelaskan kepada Silvia.
Silvia yang masih berumur 15 tahun sudah wajar jika tak memiliki kartu identitas apapun. Sedangkan Raizhen, ia mempunyai kartu identitas. Namun, ia meninggalkannya dirumah sewanya saat lalu dan pasti sudah diamankan oleh pihak polisi.
"Oohh, lalu kita akan naik apa sekarang?" tanya Silvia dengan tatapan aneh.
"Hehe, mari berjalan aja dulu." jawab Raizhen mencurigakan.
Tak lama kemudian, ada beberapa motor yang diparkir didepan rumah tanpa gerbang. Raizhen mendekati motor tersebut dan segera ia membuat sebuah kunci motor dengan kemampuan proyeksinya.
Kemampuan proyeksi Raizhen tak hanya dapat menciptakan sebuah senjata seperti pedang, pisau, pistol. Kemampuan tersebut bahkan dapat membuat sebuah kunci apapun bahkan juga dapat menciptakan uang. Sayangnya, itu terbatas waktu hanya dapat bertahan 10 menit dalam 1 jamnya.
Raizhen dengan mudah membuat kunci yang pas dengan stopkontak motor tersebut. Silvia yang melihatnya tersentak kaget dan bertanya. "Bagaimana kamu bisa dapat menciptakan kunci motor? Jadi kita akan mencuri motor?"
"Hehe, ini termasuk kemampuanku," jawab Raizhen.
"Kita tak mencuri motor, kita hanya mengambilnya saja. Hahaha," imbuh Raizhen dengan tawanya. Raizhen segera mengenakan helm yang ada pada motor tersebut. Ia juga memakaikan helm kepada Silvia.
Silvia hanya diam saat itu sambil memejamkan matanya. "Hei, nggak perlu tutup mata juga kalii, hehe," ucap Raizhen sambil menyentuh hidung Silvia.
Silvia menunduk malu tak menjawab. Raizhen akhirnya menaiki motor tersebut, Silvia pun mengikuti Raizhen.
"Kamu peluk aku erat ya, kita akan ngebut," perintah Raizhen, Silvia dengan senang hati memeluk Raizhen erat.
Sesaat kemudian, suara deru motor terdengar mengisi keheningan dalam kegelapan. Saat ini, matahari bahkan belum muncul, hanya ada gelap dan cahaya lampu pinggir jalan.