Become The King Great Demon

Arif Senpaii
Chapter #24

Kekacauan Di Alam Manusia Tak Terhindari

"Aura iblis tersebut berasal dari alam manusia, jika ada waktu, aku sebaiknya turun ke alam manusia untuk mencari info mengenai iblis tersebut," ungkap Malaikat Lucifel.

Alam terbagi menjadi 3 yang antara lain adalah alam manusia, alam iblis dan alam malaikat. Selain itu masih ada domain atau area khusus yang diciptakan dengan kemampuannya sendiri.

***

Tak terasa ... satu hari berlalu begitu saja

Silvia tidur di samping Raizhen sa'at ini, ia sangat kelelahan karena melakukan kemampuan penyembuhan secara terus-terusan. Bahkan Silvia semenjak Raizhen kembali, ia belum memakan makanan apapun.

Raizhen perlahan membuka matanya dan melirik ke arah Silvia. Raizhen menyadari satu hal yang membuatnya linglung. "Kenapa aku tak bisa menggerakkan tubuhku?" gumamnya dalam hati, ia tak bisa menggerakkan mulutnya untuk bicara, ia hanya dapat mengedipkan matanya saja.

"Dan kenapa aku tiba-tiba berada di kamarku?" Dia mengingat kejadian yang telah terjadi, ia mengingat setiap jerit kesakitan seseor*ng yang ia bun*h, ia mengingat kejadian saat memusnahkan sekte bintang bertanduk, tapi ia tak mengingat bagaimana ia pulang setelah itu?

Tak lama kemudian ... Silvia bangun dan segere mengecek tubuh Raizhen, ia menyadari bahwa Raizhen telah sadar. "Bagaimana perasaanmu?" tanya Silvia.

Raizhen hanya diam karena tak bisa menjawab, hanya mengedipkan matanya seperti memberi kode kepada Sillvia.

"Istirahatlah lagi, jangan dipaksakan, setelah kamu sembuh, kamu harus menceritakan semuanya kepadaku," ungkap Silvia yang masih khawatir akan keadaan Raizhen.

Raizhen merasa hangat, srmenjak kematian ayah ibunya, sudah tak ada satu orang pun yang perhatian padanya. "Terimakasih," ucap Raizhen dalam hatinya. Ia sudah mencoba untuk bertelepati kepada Silvia, namun hasilnya itu tak bisa dilakukannya.

"Aku akan membuatkan bubur untukmu, kita akan makan bubur sama-sama," ungkap Silvia dan perlahan berjalan menuju dapur.

"Apa yang dia pikirkan? Mulutku saja sudah bisa ku gerakkan. Selain itu apa dia bisa memasak?" pikir Raizhen.

Beberapa puluh menit kemudian. Silvia masuk ke kamar Raizhen sambil membawa semangkuk bubur buatannya.

Ia mencoba menyuapi Raizhen dengan bubur buatannya itu. Meski mukut Raizhen hanya terbuka sedikit, itu sudah cukup bagi Silvia untuk menyuapinya.

Setelah makan, Silvia tiduran di samping Raizhen, ia memikirkan sesuatu dan dengan memberanikan dirinya, ia perlahan bicara. "Raizhen, kenapa kamu begitu mudah membuat hatiku hancur? Aku tak mengerti tentang hatiku, tapi aku tak bisa jika aku melihat dirimu yang seperti ini."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku selalu bersamamu," imbuhnya. Silvia memberanikan dirinya untuk memeluk Raizhen dan berbisik kepadanya. "Aku terlanjur mencintaimu."

Ucapan dari Silvia perlahan membuat hati Raizhen luluh dan merasa hangat lagi dan lagi. "Aku akan selalu berlumuran darah, apakah kamu masih akan mencintaiku?" batin Raizhen.

Lihat selengkapnya