Becoming a Mother to Myself

Pens_Aether
Chapter #2

01. Bibi vera

Elara menangis semalaman yang membuat ia tertidur cukup lama untuk mengembalikan energi. Ketika ia bangun kemudian, dia sudah berada di kursi penumpang depan dengan papanya sebagai supir. Entah semalam ia tanpa sadar berjalan sendiri atau digendong, ia tidak ingat sama sekali.

Perjalanan ini sepertinya sudah cukup lama sebab lingkungan jalanan yang cukup asing di mata. Ia mengerjap sebentar sebelum sadar sepenuhnya untuk melihat sekitaran. Jalanan di sini terlihat seperti bukan dari negaranya.

“Sudah bangun?” suara papa menyahut. Ia juga menyodorkan botol air untuk Elara minum yang diterima tanpa berkata. “Kamu cukup senggang kan akhir-akhir ini, papa akan mengajakmu berlibur ke suatu tempat.”

“Kemana?”

Papanya memberi senyum manis untuk pertama kalinya, mengulurkan tangan untuk mengacak pendek rambut Elara. “Lihat saja nanti! Pasti suka.”

Elara tidak menyahut lagi setelahnya. Ia minum dan makan beberapa camilan yang ternyata sudah disiapkan papanya di mobil. Seolah mereka benar-benar berniat untuk pergi berlibur sekarang.

Kapan ini semua disiapkan?

Dan apakah papanya tidak bekerja?

Pertanyaan yang akhirnya hanya disimpan Elara dalam hatinya sebab masih malas berbicara dengan sang papa. Sampai akhirnya mereka tiba di jalanan yang semakin sepi tanpa bangunan, tanpa kendaraan lain dan dipenuhi dengan banyak pepohonan tinggi di sekitaran. Sampai akhirnya itu berhenti di depan sebuah gerbang besar berkarat yang tampak masih sangat kokoh.

Di baliknya, terlihat jalan kecil yang dihiasi oleh pohon-pohon pinus tinggi, daunnya yang hijau keperakan berkilau terkena sinar matahari senja. Udara di sini terasa lebih segar, seolah setiap tarikan napas membawa rasa tenang yang sulit dijelaskan. Dinginnya meresap dari lubang hidung ke paru paru. 

Mobilnya masuk perlahan setelah pintu entah dari sistem apa otomatis terbuka sendiri. Jendela mobilnya yang sejak awal terbuka memberi perasaan yang sangat segar bagi pengendara dan penumpang di dalamnya. Entah kenapa hati Elara dibuat berdebar merasakan angin sejuk yang menerpa wajahnya.

Ini sangat menyenangkan.

Mereka akhirnya berhenti dan turun dari mobil ketika menemui jalan setapak. Ada satu koper sedang yang dibawa papanya, digeret untuk masuk lebih dalam melewati jalan setapak itu.

Ketika mereka tiba di ujungnya, pemandangan itu muncul, bak lukisan yang terwujud nyata. Di hadapannya terbentang sebuah danau luas dengan air yang tenang dan jernih, memantulkan langit biru yang dihiasi awan tipis. Kabin kayu yang berdiri di tepi danau tampak hangat dan mengundang, dengan bunga liar tumbuh di sekitar terasnya. Suara gemerisik lembut dedaunan dan cuitan burung membuat suasana semakin damai. Di kejauhan, gunung-gunung yang menjulang dengan puncak-puncak tertutup salju memberikan kesan ketenangan dan kekuatan yang abadi.

Gadis itu terdiam, matanya terpaku pada pemandangan menakjubkan di depannya. "Ini... luar biasa," bisiknya, hampir tidak percaya pada keindahan yang mengelilinginya.

Tempat terbaik yang pernah ia kunjungi adalah taman hiburan besar di negara tetangga sebagai hadiah memenangkan lomba. Disana udaranya sejuk, aroma lingkungannya yang basah membuat kita nyaman tanpa polusi. Tapi tempat yang ia datangi sekarang jauh lebih baik daripada tempat terbaiknya itu.

 Tempat ini terasa seperti pelarian sempurna dari semua kekhawatiran dan kepenatan hidup.

Lihat selengkapnya