Becoming a Mother to Myself

Pens_Aether
Chapter #5

04 Ibunya Adalah Artis dengan Skandal Hitam

Besoknya gambaran itu mendapat banyak apresiasi dan kekaguman dari teman-teman Ara. Meski menurut Elara gambarnya tidak sebagus yang dibayangkan karena menggambar manusia memang susah, tapi untuk ukuran anak TK, hal seperti itu sudah sangat spektakuler.

Tapi sebelum mendapat pujian, pagi sekali sebelum berangkat sekolah Ara mulai merajuk karena tidak ingin berangkat sekolah dengan papanya. Hector (Papa) harus berangkat cepat tapi Ara benar-benar susah dibujuk yang akhirnya memberi kesimpulan bahwa ia ingin di antar oleh mamanya. Tentu saja Elara tidak menolak.

Papa awalnya menanyakan berulang apakah dia benar mau mengantarkan Ara sekolah, yang pertanyaan itu dianggap cukup aneh bagi Elara. Meski begitu, ia tetap jadi mengantar Ara ke sekolah.

Jarak sekolah dengan rumah tidak terlalu jauh karena memang masih satu kompleks. Elara memerhatikan sekitaran untuk mengingat-ingat jalan yang kemudian langkahnya diberhentikan oleh tarikan tangan gadis kecil di sisinya. “Mama, aku ingin beli jajan itu. Bolehkan?”

“Hmm, ayo dimana?”

Ara langsung kegirangan dan menggeret Elara untuk masuk ke penjual yang menjajakan jajan entah apa. Dia mengambil barang dan meminta mamanya untuk membayar lalu bergerak menjauh dari penjual. Seolah jika dia bergerak sedikit saja mamanya akan menarik ucapannya tentang membelikannya jajan.

Awalnya Elara menyaksikan hal itu sebagai sebuah kelucuan anak-anak. tapi ketika menyadari jajan apa yang dibeli Ara, wajahnya cemberut. Bukan karena harga, tapi ini jenis jajanan pinggir jalan yang entah perut Ara bisa memakannya atau tidak. Sepertinya, Ara tidak ingin diantar papanya ke sekolah karena dia pasti tidak bisa membodohi papanya untuk membelikan jajanan ini.

Atau mungkin papanya pernah dibodohi seperti ini dan tidak akan bisa termakan bujuk tipu Ara lagi.

Elara terpaksa membayar kepada sang penjual dan dia mulai menyusul anaknya yang sudah menghabiskan semua jajannya. “Kamu nakal yaaa?!”

“Heeheeheee... Mama, ini benar-benar enak. Jadi aku tidak ingin berbagi dengan mama. Jadi kuhabiskan semuanya.”

Elara berusaha menahan tawanya. Dia tidak tau bahwa dirinya sudah sangat pintar dan licik sejak kecil. Mereka akhirnya berjalan lagi menuju sekolah sampai ketika berada di pagar depan TK Ara, ada beberapa wanita yang mencegah langkah kaki Elara. Mereka menampakkan wajah yang cukup terkujut. “Waah, ternyata benar-benar Aeri. Kukira hanya mirip."

Elara menoleh ke belakang, memastikan bahwa dirinyalah yang diajak bicara.

“Maaf, siapa yaa?”

Elara berusaha mengeluarkan senyum terikhlasnya dibalik mata julid para ibu-ibu di depannya ini. Mereka sepertinya juga orang tua dari anak yang satu sekolah dengan Ara. Tapi tatapan mereka yang penuh gosip dan menyelidik membuat Elara tidak nyaman. Bahkan Ara sampai bersembunyi takut di balik tubuh mamanya.

Sayangnya, mereka yang menghalangi jalan Elara ini tidak berniat untuk menyingkir atau menjawab pertanyaannya. Mereka mengalihkan pandangan pada Ara yang bersembunyi di balik Elara. “Oo, ini anakmu dengan selingkuhanmu itu?”

Elara mengerutkan kening bingung. Dia ingin membantah atau setidaknya bertanya tentang ketidakramahan para wanita itu namun batal karena Ara mulai menarik-narik kecil celana panjang yang dipakainya. Meminta mamanya untuk pergi.

Karena gadis kecil itu ketakutan.

“Maaf sebelumnya, anakku agak pemalu. Izin lewat.” Dia membuka barikade pertahan para wanita di depannya dengan mudah setelah meraih Ara dalam gendongan. Gadis kecil itu cukup berat tapi untungnya guru sekolah yang biasanya menyambut tidak terlalu jauh dari posisinya.

Wajah Ara masih sedikit terdistorsi setelah beberapa saat tapi Elara mengajaknya berbicara tentang gambar keluarga yang ingin dipamerkan pada teman dan gurunya. Setelah sedikit diingatkan, semangat gadis itu mulai bangkit lagi dan dia tersenyum lebar sambil bertanya “Kertasnya tidak ketinggalan kan, ma?”

“Amaan. Kan tadi pagi udah kita cek bareng.”

Senyuman Ara makin lebar. Setelah berpamitan pada mamanya, gadis kecil itu masuk ke sekolahnya dengan penuh gembira. Sedangkan Elara dalam bentuk Mama Hill ini berbalik dan terdiam di tempat ketika wanita-wanita pengganggu tadi masih berkumpul dan nampak sedang membicarakannya. Tentu saja ia bingung tentang apa yang terjadi tapi intuisinya memberi tau bahwa itu bukanlah hal bagus jadi secara cepat dia melewati mereka dan kembali ke rumah.

Setelah berada di lingkungan yang aman, dia berniat menghubungi Hector tentang kejadian barusan. Papanya itu pasti mengetahui sesuatu mengingat tadi pagi dia secara berulang menanyakan keyakinannya untuk mengantar Ara. Tapi ketika jari-jarinya akan menekan nomor yang tertera dengan nama ‘Hubby’ gerakannya terhenti. Mengingat bahwa dia bukanlah Hillaeri asli dan bertanya tentang masalah ini bisa membuatnya ketahuan, dia merasa khawatir. Papanya pasti tidak akan percaya bahwa anak masa depannya berada di dalam tubuh sang istri.

Karena ia juga kadang masih tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Jika bukan karena selama bangun pagi hal disekitarnya masih sama dan wajahnya masih milik Hillaeri ia akan berpikir bahwa semua ini sekedar mimpi.

Elara menghela napas kesal. Berpikir sejenak tentang apa yang bisa dia lakukan untuk mengetahui masalah ini. Apa perlu kembali pada para wanita tadi dan bertanya langsung tentangnya?

Itu gila.

Lihat selengkapnya