Beda

Rolly Roudell
Chapter #7

Senja Kedua Bersamamu

Pukul 23.15 WIB.

Hujan mulai mereda. Dingin kian menjadi, menciptakan suasana khas setelah hujan. Aku kembali mendekatimu, merapikan selimut yang terlepas dari tubuhmu saat kau berubah posisi. Pertanyaan lucu terkadang senang datang tiba-tiba: inikah wanita yang direstui Emak bertahun silam? Seorang wanita yang telah melahirkan benih cinta sebab kuhujani rahimnya. Di atas lemari, lampu tidur menerangi redup kamar ini, menyinari pigura kecil di sampingnya. Pigura putih yang menampung foto kita berempat ketika berlibur di kota Malang. Ali tertawa riang merangkul bahuku dari belakang, sementara Anna tersenyum lebar dalam gendonganmu, Timur. Sebahagia itu kah keluarga kecilku? Emak selalu bilang, hidup ini hanya sekali, maka pilihlah bahagia, jangan yang lain.

***

Tahukah kau, wahai Langit Timur, kau adalah satu-satunya orang saat itu yang bisa membuatku lupa barang sejenak dengan masalah yang mengalutkan pikiranku. Soal Maryani dan hutang Bapak menambah beban baru di kepala. Sore sabtu itu, aku menunggumu di bawah pohon, berharap darimu kutemukan sedikit ketenangan. Meski kita tak pernah ada janji, aku yakin kau akan kemari.

Waktu itu aku senang melihatmu bahagia menghamburkan ilalang ke udara, hal itu membuatku tertarik memetik ilalang sebanyak mungkin di perjalanan menuju bukit. Iya, menyiapkannya untukmu, Timur.

Kau datang kali ini dengan baju terusan berwarna coklat. Kau persis seperti orang Eropa, Timur, mengenakan topi baret merah hati. “Andaru, kau sudah lama di sini?” Senyummu menghapus bebanku.

“Iya,” aku masih canggung, “Duduk!” tanganku mempersilahkan, kau menurut. “Ini aku bawakan untukmu.” Kau tertawa.

“Sebanyak ini?” Tanganmu menunjuk tumpukan ilalang yang jika ditimbang mungkin beratnya satu kilo gram, aku tersenyum kecil, malu-malu.

Lihat selengkapnya