Kanina tersentak. "K-kamu akan menikah dengan Luka? B-bagaimana bisa?"
Karina mengerjap. Kemudian, dia memegang kedua bahu Kanina, dan menatap saudari kembarnya itu dengan khawatir. "Nin, kamu beneran nggak apa-apa, kan? Nggak pusing, atau ngerasa aneh gitu, kan? Kalau iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang. Aku bakal kasih tau Mama dan Papa untuk kesana. Jangan nolak, ya? Mereka bakal khawatir banget kalau tahu kamu kenapa-napa dan nolak untuk dibawa ke rumah sakit."
Alih-alih menjawab, Kanina justru menatap Luka dengan linglung. "Bilang sama aku, Ka. Kalian nggak ada apa-apa, kan?" tanyanya dengan suara bergetar tapi bernada menuntut.
Bukankah seharusnya Kanina yang dijodohkan dengan Luka, demi mempertahankan bisnis keluarga yang mulai goyah karena nyaris pailit? Kenapa sekarang malah jadi Karina?
Tuhan, Kanina mohon, jangan membuat dirinya berada dalam posisi sulit seperti sekarang. Kanina ingin menikah dengan Luka. Dia ingin memperbaiki segala kesalahannya dulu, dan berusaha memperlakukan Luka dengan jauh lebih baik.
Tapi, kenapa Luka malah hendak menikah dengan Karina alih-alih dirinya?
Jika itu adalah orang lain, Kanina mungkin masih tidak akan berpikir panjang untuk merebut Luka dan mengacaukan pernikahan mereka. Sampai saat ini, dia adalah putri dari keluarga Halim yang berkuasa di negara tercinta ini. Dan meskipun saat ini keluarganya berada di ambang kehancuran karena kerugian besar-besaran, nama belakang yang dirinya sandang masih cukup untuk menaklukkan orang lain.
Tapi, ini adalah Karina Halim, saudari kembarnya sendiri. Karina begitu baik padanya, memperlakukan Kanina dengan amat tulus dan penuh kasih sayang.
Pada orang yang amat berharga seperti Karina itu, bagaimana mungkin Kanina tega mengacaukan kebahagiaannya?
Tangan Kanina yang berada disisi tubuh mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, ketika dia mengulangi pertanyaan yang sama, namun agak berbeda pada Luka. "Please, Luka, jawab aku. Diantara kalian nggak ada apa-apa, kan? Apa yang Karin katakan tadi cuma main-main, kan?"
Namun, jika dia merelakan Luka untuk Karina, apa gunanya Kanina kembali ke masa lalu seperti ini? Dia tidak bisa mendapatkan Luka. Kanina juga tidak bisa membalaskan dendam pada Dilan, karena jika Luka tidak menikah dengannya, Kanina akan terlihat bodoh karena balas dendam tanpa alasan.
Ya, tanpa alasan. Karena meski sudah menyakitinya saat itu, faktanya di kehidupan ini Dilan belum melakukan apa-apa padanya. Dia masih pemuda bersih dan polos, yang mencintai Kanina karena ketenaran yang dimiliki Kanina di kampus.
Alih-alih menjawab pertanyaan Kanina, Luka justru mengalihkan pandang pada Karina, tunangannya itu, dan menatap dengan sorot aneh. "Sepertinya saudari kembar kamu itu bukan amnesia, Karina. Tapi gila."
Detik ini juga, Kanina Halim merasa dunianya hancur karena ucapan Luka itu. Dua kalimat yang menjelaskan segalanya, bahwa apa yang Karina katakan tadi nyata. Telinga Kanina tidak keliru sama sekali. Apa yang dia dengar itu benar, bahwa pria yang seharusnya menjadi calon suaminya, malah akan menikahi saudari kembarnya bulan depan.