Beda Lima Tahun itu Seksi

Trah Aura Najam
Chapter #4

4. Mengambil Langkah Awal

Setelah kejadian hari itu, Dilan terus menerus berusaha menemuinya. Laki-laki itu gencar menelepon Kanina, tidak peduli apakah Kanina mengangkatnya atau tidak.


Dilan bahkan berkali-kali bertandang ke rumah, tapi tidak pernah mendapatkan hasil apapun selain kalimat, "Sampai hari ini, Kanina belum pulang ke rumah, Lan. Tante nggak tahu dia ada dimana sekarang. Sebelum pergi, Kanina cuma bilang mau bernapas, dan nggak bolehin Tante cari tahu dia pergi kemana."


Kanina mengetahui fakta itu, dari pesan-pesan singkat ataupun panjang yang tidak pernah berhenti dikirimkan oleh Karina, saudari kembarnya.


Sejujurnya, Kanina juga merasa ragu. Apakah menjauhi Dilan sekarang adalah pilihan yang terbaik? Dia takut kalau itu nanti justru menghantarkannya pada konsekuensi yang jauh lebih besar.


"Ge, Ge, Ge, Ge, GE!"


Nuansa Gemintang Adicandra yang sedang mengunyah bakso tahu kontan berdecak jengkel mendengar panggilan berulang itu. "Diem napa, Nin!" katanya dengan bersungut-sungut. "Curhatnya nanti dulu, gue mau makan sekarang."


Ya, benar. Saat ini Kanina tengah berada di rumah sang sahabat, yaitu Nuansa Gemintang Adicandra. Selain karena ingin curhat, alasan lain Kanina nyantol di tempat ini adalah karena dia ingin menghindari Dilan, dengan alasan menenangkan diri.


Kalau Kanina tetap di rumah, yang ada rencananya untuk menghindar akan sia-sia. Dilan pasti bisa memaksanya untuk bertemu, dan mereka akan bertengkar. Jika sudah begitu, Kanina tidak yakin mulutnya yang tanpa rem ini masih bisa menahan 'pengalaman' di 'masa depan' dan malah membocorkan segalanya.


Kemungkinan terbaiknya adalah Dilan yang menganggap Kanina terlalu berlebihan dalam berpikiran buruk. Tapi kemungkinan terburuknya adalah... Dilan akan makin mengekangnya karena mengira bahwa ucapan Kanina itu hanyalah trik untuk mempermainkan laki-laki tersebut.


"Ge!"


"Iya!" Gemi akhirnya menyerah, dan memutuskan mengikuti maunya sang sahabat. "Kenapa, Nin?"


"Curhat, tapi kamu harus percaya. Nggak boleh enggak." kata Kanina dengan nada sungguh-sungguh, sembari mengulurkan jari kelingkingnya.


Setelah meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang, Gemi dengan malas menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Kanina, dan sebuah janji seketika dibuat meski tanpa kata-kata terucap.


"Jadi apa, Sayangku?" tanya Gemi kemudian, dengan jengkel. Pasalnya, setelah merengek dan menyuruhnya untuk berjanji, Kanina justru diam -bukannya segera curhat. "Kalau lo masih mau buang-buang waktu, mending gue abisin bakso gue dulu. Nanti, setelah itu, baru lo—"


Kanina segera memotong ucapan Gemi dengan sebuah kalimat, "Aku baru aja kembali ke masa sekarang, yang adalah masa lalu."


"Hah?" Gemintang cengo. Kalimat Kanina itu terlalu belibet dan amat susah dipahami, sehingga membuat Gemi jadi kebingungan sendiri. "Lo tadi ngomong apa, sih? Ulang lagi, Nin."


"Aku adalah orang di masa depan, yang kembali ke masa lalu." Kanina dengan baik hatinya mengulangi. Walau pada detik berikutnya dia mengerutkan kening, merasa kalimatnya itu masih terdengar rancu. "Maksud aku... masa lalu itu... ya sekarang. Sekarang adalah masa lalu, dan asalku adalah masa depan."

Lihat selengkapnya