Before Metamorphosis

THIRZA EUNIKE SILABAN
Chapter #7

PENYESALAN PERTAMA

''Katanya penyesalan selalu datang terlambat, menjadi tanda untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Tapi rupanya, aku tidak benar-benar memahami makna penyesalan itu..''

-Vyra-

‘’PAPA...AKU LULUSS..’’ wajahku sumringah melihat layar yang tidak lagi menunjukkan warna merah, tapi warna hijau yang kunantikan. Katanya, warna hijau bisa membuat mata lebih rileks. Tapi, warna hijau kali ini membuat mata, hati, dan pikiranku rileks, Akhirnya, aku sudah resmi menjadi mahasiswa. Walau di lubuk hati terdalam, universitas itu bukanlah universitas impianku.

Aku hanya ingin membuktikan aku bisa, tapi bukan di kampus berlogo hijau ini. Sudahlah, aku begitu plinplan, layaknya Libra padahal aku Gemini. Katanya lebih problematik?. Aku berlari menuju ruang kerja papa, masih dengan senyum yang terpatri di wajahku. Aku berharap senyum yang sama lebarnya akan kudapatkan. Kukira, papa akan mengucapkan selamat padaku. Tapi, hanya satu kata yang papa katakan.

‘’Bagus,..’’ dengan ekspresi wajah yang tidak menunjukkan senyum yang kuharapkan tadi. Setelah itu, papa berlalu begitu saja. Aku hanya terdiam, tapi wajahku masih tersenyum. Pemandangan itu terlihat sangat memalukan dan menyedihkan. Mama yang melihatnya pun sepertinya tidak menghiraukannya. Wajah mama seolah memintaku untuk mengerti dan memahami papa. Tapi sampai kapan? Lalu aku? Apa aku pernah dimengerti?

‘’Ya udah ma, aku pergi ke rumah Okta dulu yah..’’

Okta, teman yang lebih tua setahun dariku. Dirinya sekarang hanya memilih diam di kampung dan tidak berkuliah. Sebenarnya bukan pilihannya, tapi pilihan orang tuanya. Tapi, dia satu-satunya teman yang selalu mendukung pilihanku. Tidak sia-sia kami berteman dari kami belum bisa berjalan. Rumahnya tidak jauh, hanya berjarak 3 rumah dari rumahku. Mungkin karena sudah terlalu dekat dan sudah lama berteman, setibanya disana aku hanya menyelonong masuk ke rumah setengah beton itu.

‘’Syalom..’’

‘’Gimana pengumuman kamu? Lolos kan?’’

Tepat dugaanku, belum juga aku menyapa dengan benar Okta sudah berlari dari dapur menanyakan hasil pengumumanku. Senyum yang sempat luntur tadi kini menghiasai wajahku kembali.

‘’Lulus dong...’’

‘’WAHHHHH...Aku tahu kamu pasti lolos..’’

Dia, selalu elbih bersemangat dengan pencapaianku. Mungkin, selama ini aku terlalu mengabaikannya karena fokus belajar, ternyata selama ini mungkin dia yang lebih khawatir dan gelisah selama ini.

Lihat selengkapnya