Before Metamorphosis

THIRZA EUNIKE SILABAN
Chapter #11

Ada yang salah

Sudah tiga hari sejak tante dirawat di rumah sakit. Kondisi tante tidak bisa dikatakan buruk, tidak bisa juga dikatakan baik. Bahkan dokter masih bertanya tanya apa sebenarnya penyakit tante. Tante memang punya riwayat gula dan hipertensi, tapi kata dokter kondisi tante tidak berkaitan dengan itu. Tapi setidaknya, aku bisa melihat tante membuka mata walau dengan bantuan infus di tangannya.

Sepulang magang, seperti biasa aku akan pergi ke rumah sakit melihat keadaan tante. Ya, di tahun ketigaku, aku mencoba magang dan itu cukup membantu memberiku pengalaman baru. Aku bahkan mendapat bantuan biaya hidup dari magang ini. Yah, kehidupan perkuliahanku tidak seburuk itu sepertinya.

“Tante, tante apa kabar?”

aku masuk ke ruangan itu dengan pelan, dan menyalim tante, om bang deo dan juga kak Vina juga anaknya yang menjaga di situ. Ruangan yang dibagi untuk 2 pasien itu kini terasa lebih sempit dan ramai, karena kasur sebelah juga terisi. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan kami semua sudah cukup lapar. Lebih tepatnya, aku, kak Vina, Om dan Bang Deo juga cucu pertama tante yang baru bisa berjalan itu. Wajahnya imut, matanya besar dan bibirnya begitu mirip dengan bibir kakakku. Tapi kata sebagian besar, bibirnya lebih mirip bibi suami kakakku. Entahlah, tapi intinya keponakan ku itu sangat tenang hari ini. Biasanya dia cerewt tapi kali ini tidak, seolah olah dia tahu ini Rumah Sakit dan tidak bisa ribut.

”Vya, kakak minta tolong jagain Bella bentar ya, kakak sama abang mau turun ambil makanan. “

”Iya kak, yok sini Bella..” aku menggendong Bella, dan mencoba menarik perhatiannya agar tidak melihat ibunya pergi meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Om kini tertidur di atas kursi. Pasti lelah, apalagi masih harus bekerja di tengah malam. Ya, memang Om punya pekerjaan yang mengharuskannya siap sedia hingga tengah malam bahkan tidak jarang sampai dini hari. Aku tidak terlalu tahu apa pekerjaannya, aku hanya pernah ikut seskali menemanj dengan tanteku, dan itu melelahkan.

Setelah kurasa aman, aku kini menurunkan Bella dari gendonganku membiarkannya berjalan tapi masih kuawasi agar tidak melewati tirai pasien di sebelah kami. Bella memang selalu berjalan ke arah situ, seperti ada yang menarik perhatiannya.

”mah.. ada adekk..”

seorang anak kecil perempuan yang kira kira unur 3 atau 4 tahun kini keluar dari tirai kamar sebelah menyapa Bella. Sebelumnya, aku sudah mendengar suara anak itu saat begitu bersemangat menceritakan kolam ikannya kepada neneknya yang berbaring di kasur. Yah, suaranya cukup besar sampai aku tahu apa yang ia bicarakan.

Tiba-tiba, anak itu memeluk Bella , membuat Bella kebingungan tapi perlahan membalas pelukan itu. Awalnya aku merasa itu baik baik saja, sampai anak itu mulai mencubit pipi Bella, mungkin maksudnya becanda tapi sepertinya terlalu kasar untuk Bella terima. Kalau saja tidak langsung kulerai mungkin Bella akan menangis besar. Aku lagi melepas Bella, tapi anak itu lagi lagi mendekati Bella dan bermain main dengannya. Belum lagi suara nya yang cempreng dan besar dan cukup menganggu. Namanya anak-anak, tapi yang membuatku kesal orangtuanya yang melihat anaknya dari balik tirai itu tidak menegor anaknya, atau sekedar memintanya memelankan suara.

Aku melihat ke arah tante dan Om yang tidurnya mulai gusar. “Udah ya dek.. nanti lagi ya mainnya.. jangan ribut ya, ada yang tidur…”

Bukannya melepas Bella, anak kecil itu malah berteriak. Kalian tahu berteriak anak kecil yang menjengkelkan? Ya seperti itu. Tapi , sikap ibunya sepertinya lebih menyebalkan. Ibunya bahkan tidak menegor anaknya sedikitpun.

Tidak lama, kak Vina dan bang Deo datang membawa makanan. Bella kini teralihkan dan menuju ibunya untuk makan. Dan anak itu, juga kembali ke ibunya.

“kenapa dek?”

”enggak itu tadi anak anaknya..”

”ribut yah?”

aku menganggukkan kepalaku mengiyakan pertanyaan kak Vina.

“ya udah nanti kita tanya suster aja buat negur, makan dulu gih..”

Lihat selengkapnya