Before Metamorphosis

THIRZA EUNIKE SILABAN
Chapter #12

Kepingan Masa Lalu

Menghilang bersama hujan, mencoba bahagia dan mencari teman baru, hidup baru, namun trauma yang mendalam.


Aku melihat wajahku di cermin, bahuku naik turun tak beraturan bahkan sesekali bergetar. Sesuatu yang lama kusimpan dan tidak ingin kuungkit tiba tiba keluar dari ingatanku. Tapi, aku tidak bisa menangis sekarang. Di luar ada kakak dan tante ku yang harus di khawatirkan. Tapi, perkelahian itu sepertinya membawaku pada ingatan masa lalu yang selalu menghantui ku. Ingatan tentang peristiwa yang membuatku menangis setiap malam. Setiap malam, dan setiap hari tanpa cela. Menangis karena harus mengalaminya, menangis karena semua sudah berubah, menangis karena aku merasa gagal, menangis karena aku tidak mengetuk pintu dan memintanya berhenti.

3 tahun yang lalu…

“Papa cuman kasihan sama mama, papa gak pernah sayang sama mama..”

Aku terdiam, tidak tahu harus apa. Aku hanya berusaha fokus melihat jalanan di depanku, sedang papa masih setia mengajakku mengobrol sambil membawa mobil dengan begitu sembrononya. Yah. Sembrono karena aku tidak pernah nyaman dengan mobil yang dibawa papa.

”kalau kamu ingat, nenek dari mama kamu ngasih mainan dan pakaian , itu semuanya papa yang belikan, seolah olah nenek mu yang memberikannya.”

aku tidak kunjung berkutik, seolah aku perlu semua pemberian itu. Tidak, aku ingat aku sangat bahagia setiap mendapat hadiah dari nenek, tapi mengetahui fakta ini, sepertinya sudah merenggut semua memori indah itu.

”itu semua karena papa kasihan sama mama.. Tapi mama kami selalu saja berburuk sangka sama papa. Cerewet terus, marah setiap hari. Mending papa pisah ranjang kan.. daripada di marahin mulu..”

Papa dan mama memang menunjukkan amarahnya dengan jelas di depan kami. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu. Mama selalu temperamen dan marah marah kepada kami, dan alasannya selalu karena ulah papa. Bagaimana mama tidak curiga,? Papa selalu pergi entah kemana, tidak pernah makan di rumah lagi, menggunakan handphonenya 24/7 tanpa seorangpun bisa menyentuhnya. Padahal tidak pernah seperti itu. Mama selalu menyuruhku mencari suami seperti papa, padahal papa saja seperti itu. Tanpa kuperpanjang, sepertinya dugaan buruk kami, memang benar dilakukan papa.

Saat itu, hujan begitu deras dan aku baru pulang dari tempat kursus , dijemput oleh papa. Di situ, mama duduk terdiam di kursi dapur.

”Ma, Vya pulang..”

Tidak ada jawaban. Aku langsung menuju kamar dan disitu ada kedua adikku. Mereka hanya terdiam dengan wajah suram.

”kenapa?”

PRANGGG

Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh dari dapur. Aku buru-buru melihat apa yang terjadi, mungkin sesuatu menimpa mama?.

”Arhhhh bilang… bilang sekarang.. aku bukan ilISTRIMU HAHH? Kenapa? Kenapa gak pernah tidur di kamar lagi, gak pernah makan sama lagi hahh.. kalau emang kamu gak mau aku jadi istri kamu bilangg…”

Mama marah besar, lagi dan lagi. Ini bukan pertama kalinya. Bahkan mungkin sudah puluhan kali mama marah seperti ini

Lihat selengkapnya