Sebelum pagi datang, di suatu malam kau membawaku dalam dekap yang kelak akan kurindu dengan sangat. Hangatnya masih terasa samar, meski dinginnya lebih pekat. Aku hening di antara malam-malam yang sunyi. Dan kau adalah bunga yang mekar di langit dengan suara berisik.
Sebelum pagi datang, selalu ada dongeng yang bisa kubawa pulang. Dengan senyummu yang menjadi layar segala kisah. Pada malam-malam yang kesepian, kurangkai lagi dongeng itu dengan akhir dimana bunga-bunga mekar bertepuk tangan. Untuk merayakan kebersamaan kita yang fana.
***
Gemuruh langit ada di hatinya. Kian tahu bahwa segala kemungkinan terburuk selalu melekat pada Shan. Ia tahu dengan benar dan dengan rahasia mempersiapkan hatinya. Jangan sampai jatuh cinta. Jangan sampai jatuh pada Shan.
Untuk waktu-waktu yang mereka habiskan bersama, Kian tahu bahwa itu tidaklah mudah. Shan seperti sebuah dongeng yang tak pernah selesai ia tulis hingga pagi datang. Shan seperti malam petang yang menunggu detik-detik langit terang dengan perasaan berdebar. Dan debaran itu singgah di hati Kian. Seperti suara langit yang berisik.
Ada sesak yang mengguyur dadanya. Bukan bahagia yang menyadarkan Kian tentang perasannya, tapi sakit itu membuatnya sadar bahwa Shan bukan manusia yang bisa ia anggap biasa. Dengan senyumnya yang menyebalkan, Shan menjadi lebih bagi Kian.