Before You Die

andriani
Chapter #1

#1 Dering Kematian

Bona membuka histori ponselnya. Sejak kemarin, ponselnya penuh dengan notifikasi berbagai macam orang yang akan meninggal. Ponsel milik Bona berukuran kecil. Ponsel itu hanya bisa menerima notifikasi nama orang yang akan meninggal juga untuk menelepon pelanggan bisnisnya. Bona menurun-naikkan kusor HP-nya. Ia membaca satu demi satu identitas orang yang akan mati di esok hari. Bona tak mau asal pilih orang. Ia hanya akan memilih beberapa orang kaya raya, kasus unik, dan reinkarnasi yang tak lazim. Contoh reinkarnasi tak lazim adalah seperti menjadi anjing, bebek, rusa atau menjadi tanaman. Manusia yang telah meninggal, ia akan hidup kembali sebagai manusia. Namun, beberapa manusia tidak ditakdirkan untuk bereinkarnasi menjadi manusia karena hidupnya semasa di dunia. Manusia yang menjadi benda mati saat bereinkarnasi, biasanya karena mereka telah berbuat jahat di dunia. Bona membaca dengan teliti. Ia tak ingin melewatkan satu informasi penting, apalagi informasi tentang kekayaan. Sekian lama Bona berkutat dengan ponselnya akhirnya ia menemukan orang yang ia inginkan. Bapak Pradji, seorang direktur dari Burung Dara Airlines. Bona tersenyum lebar. Ia membaca identitas Pradji dengan seksama. "Bapak Pradji Mularwan berumur 59 tahun. Pekerjaan tetap sebagai direktur Burung Dara Airlines. Wafat di usia 59 tahun karena sakit jantung. Memiliki keluarga utuh. Permintaan yang ingin diwujudkan adalah membuat festival Burung Dara Airlines." Bona menggaruk kepalanya bingung. Festival apa maksudnya. Ia bergegas menemui Pak Pradji menanyakan maksud dari festival pesawat ini. Jika maksudnya hanya Bazaar atau promosi transportasi udaranya, ia bisa saja melakukannya. Bona segera ke kantor Pak Pradji untuk menemuinya dan bertanya lebih lengkap soal festival ini. Belum sempat ia menyalakan mobil, teleponnya berdering, "Aku sedang mau menuju ke rumah pelanggan. Ada apa Bu? Iya, nanti akan kulaporkan langsung. Baik, siap Bu," ujarnya kemudian menutup ponselnya.

Di garasi mobil Bona, berjajar berbagai mobil dari berbagai merk ternama. Ia menghitung jumlah mobilnya apakah ada yang hilang atau tidak. Kemudian ia memutuskan untuk menggunakan mobil 2n1. Mobil ini kecil, berwarna merah, dan hanya muat untuk tiga orang saja. Dua orang di depan dan 1 orang di belakang sebagai penumpang. Mobil ini menyala menggunakan sinar matahari. Ada sensor yang menangkap sinar matahari kemudian sensor itu mengirim sinyal ke mesin mobil supaya menyala. Jika sudah menyala otomatis, mobil Bona sudah dapat dikendarai. Bona menekan tombol "autopilot" pada mobilnya. Mobil Bona kini berjalan otomatis mengikuti lalu lintas yang sedang ramai. Bona masih belum ingin menyetir dulu. Ia masih ingin menikmati hari sebelum ia sibuk bekerja.

Ketika Bona hampir sampai di tempat tujuan, ia mendapat kiriman file tentang pelanggannya itu dari kantor. Beberapa nama anggota keluarga, aset, bahkan hobi yang ditekuni Pak Pradji kini ada dalam genggamannya. Bona membaca informasi tambahan itu dengan lebih teliti. Barangkali saja ada hal yang dilewatkannya.

Beberapa selang waktu kemudian, Bona sampai di rumah Pak Pradji. Ia segera menghampiri rumah mewah di hadapannya itu. Pagar hitam menjulang tinggi di depannya. Ia menekan bel rumah itu kemudian satpam membukakan pintu. Satpam itu bertanya maksud dan tujuan Bona ke sana.

"Siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya satpam itu. Bona tersenyum kemudian ia langsung menjawab, "Saya ingin bertemu dengan Pak Pradji. Apa beliau di rumah?"

"Baik sebentar. Dengan bapak siapa ini? Apa sebelumnya sudah ada janji dengan Pak Pradji?" Tanya satpam itu lagi. Bona mengangguk saja, "Saya Bona. Saya salah satu investor baru Pak Pradji. Saya juga sudah membuat janji bertemu dengan beliau." Satpam itu kemudian membukakan pagar rumah, barulah Bona masuk ke dalam. Satpam itu menelepon Pak Pradji dari kantornya untuk memastikan tamu kali ini. Seusai menelepon, satpam itu berjalan ke arah Bona dan mengizinkan Bona untuk segera masuk. Bona masuk ke rumah Pak Pradji dengan percaya diri. Ia membawa map beserta data diri pak Pradji, kemudian beberapa catatan yang telah ia buat di mobil.

Di halaman depan rumah Pak Pradji terdapat taman mawar kecil. Di taman itu banyak sekali kupu-kupu yang terbang di situ. Tak jauh dari taman itu, ada kolam renang yang lumayan besar untuk memuat 10 orang. Kolam renang itu terlihat bersih dan berkilau ketika matahari menyinari dasar kolamnya. Bona semakin yakin jika ia tak salah pilih target. Paling utama dari misinya kali ini adalah mendapat informasi yang jelas soal festival itu. Mungkin ia bisa bertanya langsung pada Pak Pradji untuk menjelaskan.

"Permisi! Pak Pradji, permisi." Tak lama seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah dan meminta Bona menunggu di ruang tamu, "Mari silakan ditunggu di sini. Bapak masih berbicara di telepon, ditunggu saja. Mau minum apa Pak?" tanya ibu itu. Bona kemudian menjawab, "Teh hangat manis Bu." Ibu itu segera pergi dari ruang tamu dan membuatkan Bona teh hangat. Tak lama Pak Pradji keluar dari salah satu ruangan di ruang tamu tersebut. Ia mengulurkan tangannya ke Bona, Bona menyambut itu dengan antusias.

"Dengan Pak siapa tadi? Saya lupa kalau ada janji dengan investor hari ini. Bagaimana, apa yang bisa saya bantu jelaskan di sini?" Ucap Pak Pradji ke Bona. Bona segera membalas ucapan Pak Pradji dengan perkenalan singkatnya, "Saya bukan investor Pak. Bapak bisa menyebut saya sebagai malaikat mimpi. Tujuan saya kemari ingin mengingatkan bapak tentang impian bapak yang belum terwujud."

"Maksud Bapak apa? Mimpi saya yang mana?" Tanya Pak Pradji ke Bona lagi. Bona kemudian menunjukkan gambar salah satu pesawat milik Pak Pradji. "Festival pesawat Pak Pradji belum terlaksana. Apa bapak bisa membantu saya menjelaskan festival yang seperti apa yang bapak inginkan?"

Pak Pradji mengerutkan kening, ia masih tidak mengerti maksud dari tujuan Bona ke rumahnya. "Begini Pak, saya memang pernah memiliki mimpi membuat festival tetapi saya tidak pernah bercerita soal mimpi itu pada siapapun. Saya juga masih bingung tujuan Bapak menemui saya apa. Saya merasa mendengarkan dongeng dari tadi."

Bona tersenyum kemudian ia mengulangi penjelasannya kembali, "Besok Pak Pradji akan meninggal. Saya adalah orang yang bertugas mewujudkan setiap impian orang yang mendekati ajalnya. Kalau saya bisa, saya pasti akan melaksanakannya waktu itu juga."

Lihat selengkapnya