Before You Die

andriani
Chapter #2

#2 Festival Pesawat

Pak Pradji menghela napas panjang. Ia berdiam diri sebentar dan memandang Bona yang kini berdiri di hadapannya. Ia mencoba merenungkan semua penjelasan Bona. Bona sendiri tidak berkata sepatah kata pun. Bona sengaja menunggu Pak Pradji bercerita lebih dulu. Pradji akhirnya memulai percakapan lebih dulu, "Apa kau tidak merasa berhutang penjelasan padaku?" ucapnya seraya menatap Bona dengan sinis. Bona menjawab dengan tegas, "Sudah saya jelaskan tadi saat di rumah. Bukankah bapak memilih tidak percaya dengan penjelasan saya? Bapak harus tahu kalau waktu bapak di dunia tinggal beberapa jam saja. Sebaiknya bapak segera putuskan mewujudkan impian itu atau bapak menandatangani surat pernyataan saya?" kata Bona sembari menunjukkan surat pernyataan pada Pak Pradji. Pak Pradji melihat surat itu dan mulai membacanya perlahan. Ia menatap Bona lalu memutuskan untuk menceritakan impiannya pada Bona. "Sebelum aku bercerita aku ingin bertanya soal impianku ini. Semisal impianku ini tidak terwujud apa yang akan terjadi? Atau jika aku tidak mau mewujudkan impian ini, apa yang akan terjadi?"

Bona menarik kursi lalu ia letakkan dekat ranjang Pak Pradji. Ia kini menjelaskan dulu pada Pak Pradji soal kebijakan yang ia punya, "Jika bapak ingin mewujudkan impian, saya akan membantu. Semua orang yang impiannya saya bantu, selalu terlaksana dengan baik, dan impian mereka terwujud semua. Tapi, sebagai ganti perwujudan mimpi itu, bapak harus rela menunggu reinkarnasi selama 5 tahun dari waktu yang seharusnya. Kalau bapak tidak mau mewujudkannya, resikonya bapak akan menjadi arwah gentayangan di dunia ini karena ada impian bapak yang belum terwujud."

"Apa maksudmu reinkarnasi?" tanya Pak Pradji kembali. Bona lalu menjelaskan singkat yang dimaksud reinkarnasi pada Pak Pradji, "Reinkarnasi adalah hidup baru yang diberikan untuk bapak. Setelah bapak meninggal, bapak bisa hidup kembali dengan pribadi yang baru. Untuk reinkarnasi sendiri, setiap orang telah ditentukan berapa lama waktu mereka reinkarnasi kembali. Kalau reinkarnasi bapak tertulis 20 tahun, bapak tinggal tambahkan saja 5 tahun lagi karena bapak ingin mewujudkan impian tadi. Sehingga waktu reinkarnasi bapak menjadi 25 tahun kemudian terhitung sejak bapak meninggal. Apa masih bingung Pak?" tanya Bona. Pak Pradji menggeleng.

"Jika waktu reinkarnasiku berubah, apa yang dapat terjadi?" tanya Pradji masih seputar reinkarnasi. Bona menjelaskan kembali, "Banyak hal yang bisa terjadi. Misalnya saja, di umur 20 tahun seharusnya bapak sudah bertemu istri bapak. Namun, karena terlambat reinkarnasi, bapak baru bertemu dengannya di umur 30 tahun. Itu salah satu contoh. Aku tidak bisa menjelaskan terlalu banyak Pak. Waktuku juga singkat." Pak Pradji terdiam sesaat. Baru setelah ia memantapkan hatinya, ia berujar, "Aku sudah paham. Baik, aku akan cerita. Impianku dari dulu mengadakan festival pesawat terbang. Belum sempat terwujud karena kesibukan dan juga belum membentuk panitia khusus untuk acara itu. Acaranya dibuat sederhana saja, aku hanya mau menunjukkan beberapa koleksi pesawat terbang milik perusahaanku. Aku rasa festival ini juga menjadi event yang tepat untuk melakukan promosi soal perusahaanku. Mungkin bisa ditambahkan live music dan beberapa makanan untuk para pengunjung juga ditambahkan booth foto supaya mereka bisa mengabadikan momen ini. Untuk tempat, aku sudah punya lapangan sendiri. Aku hanya butuh beberapa dekorasi, booth foto, makanan pengunjung, dan juga mengundang beberapa media."

"Oke. Saya catat dulu. Dalam festival ini yang dibutukan adalah live music, booth foto, makanan dan minuman untuk para pengunjung, serta beberapa dekorasi, dan beberapa jurnalis.. Temanya apa Pak?" tanya Bona. Pak Pradji segera menjawab, "Temanya serba putih saja. Rencananya akan ada 15 pesawat yang aku tunjukkan, 10 pesawat dan 5 helikopter."

"Oke. Aku sudah menulis semua hal yang penting. Mungkin festival ini tidak bisa langsung jadi besok tetapi akan aku usahakan minggu ini selesai. Apa ada keinginan atau impian atau harapan lain?" tanya Bona memastikan kembali. Pak Pradji kemudian memberitahu untuk menghubungi keluarganya, "Tolong beritahu keluargaku jika aku dirawat di RS ini. Beritahu istriku juga. Aku istirahat saja sekarang." Pak Pradji memejamkan matanya kemudian ia mulai tidur.

"Ada satu lagi Pak Pradji yang harus anda selesaikan. Ini bagian dari administrasi. Biaya yang harus bapak bayar untuk semua ini adalah 30 juta."

Pak Pradji memanggil ajudannya masuk, "Pak Bambang! Tolong cairkan cek untuk ke orang ini. Ceknya sebesar 30 juta ya Pak. Berikan hari ini juga." Sesudah itu Pak Pradji tidur. Bona keluar dari kamar rawat Pak Pradji. Ia lalu mendekati salah satu ajudan Pradji. "Aku diminta menghubungi keluarga Pak Pradji apa bapak tahu nomor yang dapat dihubungi? Kalau bisa nomor istrinya saja," ujar Bona menekankan. Ajudan itu membuka HP-nya kemudian menunjukkan nomor istri Pradji. Bona segera menyalin nomor itu di kontak HP-nya. Ajudan itu kemudian berkata, "Sebaiknya bapak hubungi anak Pak Pradji saja. Istri Pak Pradji sudah lama bercerai dengan bapak. Istrinya juga sudah menikah lagi."

"Kau serius?! Pak Pradji sendiri yang meminta untuk menelepon istrinya," protes Bona sedikit bersikeras. Ajudan itu kemudian menjelaskan kembali pada Bona soal hubungan majikannya itu, "Bapak memang sering menghubungi ibu, tetapi ibu tidak pernah datang. Anaknya sudah berpesan supaya bapak tidak perlu menghubungi ibu lagi, tapi namanya cinta ya bapak tetap menghubungi. Ibu hanya mengangkat telepon bapak beberapa kali, jadi mereka sudah tidak pernah berhubungan lagi. Kalau misal bapak ingin menelepon ibu, sebaiknya bapak izin ke anaknya dulu. Kalau anak pak Pradji tahu, dia akan marah."

Bona berhenti sejenak. Ia menyimpan dulu kontak istri pak Pradji lalu ia bertanya nomor HP anak Pak Pradji. "Aku minta kontak anaknya saja kalau begitu. Aku akan hubungi dia supaya kemari. Aku juga perlu berdiskusi beberapa hal soal bapaknya." Begitu ajudan itu menunjukkan nomor anak Pak Pradji, Bona langsung menyalin nomor itu. Bona menekan tombol telepon, terdengarlah nada dering tunggu dari HP Bona. Tak lama telepon itu diangkat kemudian Bona segera mengutarakan maksud dan tujuannya menelepon, "Saya Bona. Saya hendak mengabari jika bapak sekarang di rawat di RS. Apa ibu bisa datang ke RS? Sial, langsung ditutup. Anaknya menutup teleponku Pak. Apa ada nomor lain yang bisa dihubungi?"

Lihat selengkapnya