Ami memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kiri sementara tangan kanannya masih asyik bergelut dengan stir mobil.
"Ami, pulang sekarang juga!" terdengar seruan seorang perempuan dari ponsel Ami yang membuat Ami meringis lalu sedikit menjauhkan telinganya dengan telepon.
"Ia, Ma, aku lagi di jalan sekarang. Nggak sabar banget sih! Bentar, aku sekarang lagi nyetir nih."
"Awas kamu, ya kalo nggak pulang sekarang!" seru Mamanya dari telepon lalu langsung mematikan panggilannya secara sepihak dan membuat Ami langsung berdecak sebal.
"Aish, Mama apa-apaan sih, nyebelin banget deh!" serunya seraya meletakkan ponsel kembali di kursi jok yang ada di sebelahnya dan langsung menyetir dengan kecepatan 180 KM/jam.
Setelah sampai di rumah, ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa memedulikan Mama yang memanggilnya.
"Ami, berhenti!" seru Mamanya yang bernama Marisa itu.
Ami tidak menggubris dan langsung masuk ke kamarnya.
"Ami, Mama bilang berhenti!" seru Marisa lagi dengan suara keras sambil mengikuti Ami ke kamarnya.
Ami tetap biasa saja, ia malah menyalakan musik dari ponselnya dengan suara keras. Musik favoritnya, K-pop. Saat ini ia menyetel lagu dari boyband Exo favoritnya yang berjudul Kokobop.
"Ami, kecilin musiknya!" seru Marisa lagi.
Ami tetap tidak menggubris. Ia malah bernyanyi-nyanyi kecil sambil melepas seragam sekolahnya itu.
"It goes down down baby, rideume onmomeul down down baby." Ami langsung bernyanyi-nyanyi kecil seperti itu.
"Amiii!" Marisa menjerit lagi dengan suara keras. Karena sudah tidak tahan akan kelakuan anak semata wayangnya itu, Marisa meraih ponsel Ami dan langsung mematikan musiknya.
"Ami, udah cukup!" serunya sambil meraih tangan Ami.
"Mama, aku mau ganti baju dulu, Ma," seru Ami.
"Ganti baju sih ganti baju, tapi seenggaknya dengerin Mama ngomong dulu dong, Ami," seru Marisa lagi.
Ami mendesis pelan seraya mengalihkan pandangannya untuk menatap Mamanya itu.
"Oke oke, aku dengerin. Tapi aku tebak, ya, Mama pasti mau nanya kenapa aku bisa di DO lagi dari sekolah. Iya, kan?"
"Ami!" bentak Marisa sambil mengguncang tangan Ami yang ada di genggamannya. "Kamu di DO dari sekolah sikap kamu biasa-biasa aja?"
"Terus aku harus gimana, Ma. Apa aku harus ngemis-ngemis di kaki Pak Kepala Sekolah memohon agar aku tidak dikeluarin dari sekolah, gitu? Ih Mama, ogah banget deh!" seru Ami sambil duduk di pinggiran tempat tidurnya.
"Tapi Ami, mau jadi apa kamu jika besar nanti? Inget loh, waktu di sekolahmu yang pertama, kamu di DO. Dan sekarang, di sekolah yang kedua kamu di DO juga. Mau jadi apa kamu di masa depan nanti? Coba sekarang, apa yang bakal kamu lakuin? Pindah sekolah, atau bahkan berhenti di jalan?"
"Mamaaa," seru Ami sambil menarik tangan Marisa untuk duduk di sebelahnya. "Mama ini apa-apaan sih, masa iya aku harus berhenti di jalan!"
"Ya terus mau gimana? Pindah sekolah gitu, nggak gampang Ami. Kamu di DO dari sekolah, jarang ada sekolah yang nerima siswi nakal yang pernah di DO kayak kamu."
"Tapi pas kemarin Mama bisa mindahin aku ke sekolah yang sekarang. iya, kan? Masa sekarang nggak bisa?"
"Ya itu juga karna kepala sekolahnya kenalan Papa," seru Marisa menjelaskan.
"Ya terus aku harus gimana, Ma, aku masih pengen sekolah."
"Ya makanya jangan bikin ulah. Liat sendiri kan sekarang akibatnya."
"Mama gimana sih. Bantu aku dong, Ma," pinta Ami memelas.
"Mama bisa bantu apa, Ami? Cari sekolah baru buat kamu, nggak mau ah!"
"Mamaaa...," rengek Ami lagi dengan suara sedikit keras sambil mengguncang tangan Mamanya. "Ayolah, Ma...."
"Oke oke, Mama bisa aja bantu kamu. Tapi kamu harus janji kalo kamu nggak bakal berulah lagi dan jangan sampe di DO untuk ketiga kalinya, mengerti?"
"Oke, Ma," serunya sambil memeluk tubuh Mamanya itu.
Marisa tersenyum melihat putri semata wayangnya itu dan ia langsung balas memeluk putrinya.
"Ami ... Ami, dulu kamu murid yang lumayan lah sedikit pintar. Kok sekarang malah berubah drastis kaya gini sih! Kamu berubah semenjak pisah sekolah sama Elsa, Ami," seru mamanya.
Ami tersentak pelan tanpa melepas pelukannya, Elsa....
***
Rifa terus mendrible bola basketnya lalu memasukkannya ke dalam ring, berulang-ulang tanpa henti padahal sekarang hari sudah malam. Ia baru berhenti ketika mendengar suara seseorang di sebelahnya.
"Sampe kapan lo main basket kayak gitu, Kayaknya nafsu banget."
Rifa menoleh lalu tersenyum ketika menyadari kehadiran sahabat karibnya, Kiki. Ia lalu duduk di tangga dekat lapangan basket sambil meraih handuk lalu mengusap keringatnya dengan handuk itu. Kiki melempar sebotol minuman ke arah Rifa dan Rifa langsung menangkapnya.
"Thanks," seru Rifa.
Kiki hanya mengangguk lalu ikut duduk di sebelah Rifa yang tengah meminum minuman darinya itu.
"Lo kenapa sih? Gak biasanya kayak gini deh, ada masalah lagi?" Tanya Kiki.
Rifa tersenyum lalu mengangguk. "Elsa, sob."
Kiki langsung tercengang mendengarnya. "Elsa lagi?"
Rifa mengangguk lagi. "Gue bingung sama Elsa, sebenernya dia bener-bener gak tau, atau tau tapi pura pura nggak tau sih soal perasaan gue ke dia?"