Ami menatap sekeliling lingkungan sekolahnya itu dengan tatapan heran. Ia kemudian melihat gedung yang terlihat seperti kost-an anak remaja. Ketika menyadari sesuatu, ia langsung berbalik kearah Papa di belakangnya.
"Papa!" seru Ami dengan suara keras. "Papa masukin aku ke sekolah asrama?"
Papa mengangguk. "Kenapa? Mau nolak? Kalo kamu nolak, ya udah, berarti kamu nggak mau lanjut sekolah lagi."
Ami mendengus dengan keras. "Tapi, Pa, nggak harus sekolah asrama juga dong. Kalo aku tinggal di asrama, gimana sama Mama?"
"Akan lebih baik buat Mama kalo kamu tinggal di asrama, karna Mama nggak perlu kewalahan mengurus kamu lagi. iya, kan?"
"Papa!" seru Ami lagi. "Lagian aku, kan belum mengemasi baju, jadi aku nggak harus langsung tinggal di asrama, kan?"
Papa lalu melihat jam di tangannya. "Mungkin sekarang Mama udah selesai mengemasi barang kamu. Nanti sore Papa datang lagi buat anterin. Jadi, betahlah di sekolah ini," seru Papa sambil menepuk bahu putrinya itu sementara Ami hanya tertunduk lesu.
"Ya udah, Papa berangkat kerja dulu. Sampai jumpa." Papa diam sebentar. "Eh Papa ralat ucapan Papa tadi. Seharusnya bukan sampai jumpa. Tapi, selamat tinggal," serunya sambil pergi berlalu ke arah mobilnya.
"Aish, papa ini. Ah!" Ami mendesis sebal lalu mulai menghentak-hentakkan kakinya ke tanah sambil memasuki area sekolah.
***
Rifa mengetuk-ngetuk meja dengan pulpennya, lalu ia menyandarkan kepalanya di atas meja sambil memandangi Elsa yang duduk di barisan paling depan.
"Elsa," panggil Rifa pelan. Elsa sebenarnya mendengar panggilan itu, namun ia tetap mengabaikannya dan memilih untuk fokus membaca novel.
"Elsa, Els," panggil Rifa lagi.
Elsa tetap diam tak menjawab.
"Aish..." Rifa lalu meraih ponsel dari sakunya dan mengetikkan sebuah pesan untuk Elsa.
Elsa melirik ponselnya yang berada di atas meja karena berdenting tadi, dan ternyata itu adalah sebuah pesan masuk dari Rifa.
Elsa pun menoleh sebentar ke arah Rifa.
"Baca ... baca," seru Rifa sambil mengetuk ngetuk layar ponselnya.
Elsa menggerutu pelan lalu membuka pesan dari Rifa.
Nanti makan siang sama aku yuk. Aku traktir deh.
Elsa kembali menggerutu. Ketika ia hendak menjawab pesan itu, pandangannya tertuju pada guru yang baru memasuki ruangan kelas.
"Morning, All!" seru guru perempuan yang mengajar Bahasa Inggris itu.
"Morning, Miss!" jawab semuanya.
Pandangan guru itu lalu tertuju ke arah Rifa yang duduk di paling pojok. "Hei Rifa, bukannya masa skorsing kamu di pelajaran Miss masih seminggu lagi?"
Rifa menghela napas pelan sambil menggigit bibirnya. Sial, guru ini pake inget lagi, serunya dalam hati.
Tanpa basa basi, ia pun langsung keluar. Kebetulan ia berpapasan dengan seorang gadis yang hendak memasuki ruangan itu, namun ia tak melihat wajahnya karena saat itu ia berjalan sambil menundukkan kepala.
Gadis itu yang tak lain adalah Ami heran melihat Rifa, namun ia tak mempedulikannya. Ia langsung mengetuk pintu lalu memasuki ruang kelas itu.
"Pagi, Bu," seru Ami.
Guru itu menoleh. "Oh, kamu murid baru itu, ya?"
Ami mengangguk. "Kata kepala sekolah, kelasku di sini. Ini kelas XII IPA 2, kan?"
"Ya, ini kelas XII IPA 2. Ayo silahkan bergabung dan perkenalkan dirimu."
Ami mulai melangkah mendekati guru itu, lalu pandangannya beralih ke arah para siswa di depannya. Namun ia terkejut bukan main ketika pandangannya melesat ke arah seorang gadis yang duduk di barisan paling depan yang sama-sama tengah memandangnya dengan pandangan sama.
Elsa.
Elsa pun ikut kaget melihat gadis itu. Ami, ucapnya juga dalam hati.
"Ayo perkenalkan dirimu," pinta guru Bahasa Inggris itu.
Dengan bibir sedikit bergetar, Ami mulai memperkenalkan diri. Namun pandangannya masih tetap tertuju pada Elsa.
"Namaku Putri Utami, biasa dipanggil Ami. senang bertemu kalian," seru Ami memperkenalkan diri.
"Oke, sekarang kamu duduk di kursi pojok sana, ya," seru guru itu.