Begin

Fiha Ainun
Chapter #4

TIGA

Rifa melangkah menuju ruang kelas bersama Kiki sahabatnya. Sambil melangkah, Kiki mulai bertanya sedikit pada sahabat karibnya itu.

"Rif, gue penasaran deh, kenapa lo bisa suka sama Elsa?"

Rifa tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Entahlah, gue juga gak tau. Tapi yang pasti, menurut gue dia itu beda."

"Beda apanya, dia sama aja kaya cewek lainnya. Apanya yang beda coba?"

"Lo bakalan ngerti kalo lo mulai suka sama cewek."

Kiki mendengus pelan mendengar jawaban Rifa tadi. "Terserah lo deh, nyesel gue nanya sama lo."

Rifa tertawa mendengar ucapan Kiki. "Lo sih kenapa tiba-tiba nanya soal itu?"

Kiki menggeleng. "Nggak, cuma pengen tau aja."

Rifa mengangguk-angguk pelan. Teringat sesuatu, Rifa langsung tersenyum dan menoleh ke arah Kiki. "Oh ya, Ki, besok gue ada rencana buat nyatain perasaan gue ke Elsa. Menurut lo, gimana?"

Kiki sedikit tersentak mendengarnya. "Lo serius, Rif? Lo yakin?"

Rifa mengangguk. "Gue serius, gimana?" Tanya Rifa sekali lagi.

Kiki tersenyum. "Wah, ternyata sahabat gue mulai berpikiran dewasa rupanya," seru Kiki sambil menepuk-nepuk bahu Rifa.

"Apaan sih," seru Rifa sambil menyingkirkan tangan Kiki dari bahunya. "Lo perlakuin gue kaya anak kecil banget," seru Rifa geli. "Ayo ke kelas."

"Ayo adikku," seru Kiki lagi sambil merangkul bahu Rifa.

"Kiki, apaan sih!" seru Rifa sambil tertawa mendengar dirinya dipanggil adik oleh sahabatnya sendiri.

"Ada apa adikku, mau minta permen? Atau susu?" seru Kiki lagi dengan tawa ledeknya.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue hajar lo!" seru Rifa sambil melayangkan tinjunya ke arah Kiki disusul dengan tawanya. Lalu mereka sama-sama tertawa. Namun tawa mereka berhenti ketika mereka tiba di depan kelas.

"Di mana Elsa?" Tanya Rifa pelan ketika melihat Elsa yang tidak ada di bangkunya. Lalu ia melihat seorang gadis yang tengah duduk di bangku milik Rifa.

"Oh, itu si cewek tadi, kan?" Tanya Rifa pada Kiki.

"Oh, iya," jawab Kiki. "Dia murid baru di kelas kita."

Rifa lalu mendekati Ami yang tengah duduk di bangkunya dengan mata terpejam dan terlihat earphone masih terpasang di telinganya.

"Hei!" panggil Rifa, tapi Ami tidak mendengarnya.

Rifa mengeluh kesal karena Rifa pikir Ami tidak menggubrisnya.

"Hei!" serunya lagi namun kini sambil memukul meja di hadapan Ami.

Ami sedikit tersentak dan mulai membuka mata. Tapi ia kembali tersentak ketika melihat pria di hadapannya ini.

"Si bola basket!" serunya dengan keras sambil menuding tepat ke arah wajah Rifa.

Kini semua pandangan murid tertuju pada Ami. Kiki yang tengah duduk di bangkunya itu pun tersenyum melihat ekspresi Ami yang baginya terlihat lucu.

"Si bola basket?" ulang Rifa.

Ami gelagapan. "Oh, lo, kan yang ngelempar bola basket ke gue? Jadi, gue panggil aja kayak gitu," jawabnya pelan. "Dan, kenapa lo di sini?" Tanya Ami.

"Ini kelas gue, dan ini juga bangku gue," Seru Rifa sambil duduk di sebelah Ami.

"Hah? Kenapa harus duduk di sini sih!" seru Ami kesal melihat pria itu duduk di sebelahnya.

"Kan gue udah bilang, ini bangku gue. Seharusnya gue yang nanya kayak gitu!" seru Rifa pada Ami. "Kesel deh, kenapa lo harus duduk di sini," seru Rifa pelan.

"Lo pikir gue seneng, si bola basket!" seru Ami pelan juga.

"Aishh..." Rifa menggerutu ke arah Ami.

"Wae?" Tanya Ami kesal.

"Wae?" ulang Rifa yang tidak mengerti perkataan Ami. "Ngomong apa sih dia?" Tanyanya pelan lebih tertuju pada diri sendiri.

Selang beberapa menit, terlihat seorang guru pria masuk ke dalam kelas. "Siang anak-anak!" Serunya pada para murid.

Lihat selengkapnya