Ami mulai membereskan pakaian serta buku-bukunya di lemari dan meja. Ia pun bersiap-siap hendak tidur, namun ia melihat Elsa baru masuk ke kamar itu dan langsung menaiki ranjang yang berada di atas ranjangnya.
Ami mengeluh pelan, ini seperti mimpi baginya. Dapat satu sekolah bahkan satu kamar asrama dengan Elsa.
Ami lalu duduk di atas ranjang sambil meraih ponsel di sebelah bantal. Ia membuka galeri di ponsel itu dan ia melihat foto tiga orang gadis yang terpampang jelas di ponselnya. Terlintas di benaknya kejadian dua tahun yang lalu....
Ami duduk di bangku taman sendirian. Tubuhnya bergetar seakan ia kini dalam posisi ketakutan yang amat luar biasa. Sambil menggigiti kuku, Ami bergumam sendiri.
"Bukan aku yang melakukannya, bukan aku, aku tidak pernah melakukannya," serunya dengan suara semakin keras, lalu ia menangis sejadi-jadinya.
Ia bingung harus berbuat apa, lalu terlihat seorang gadis mendekatinya dan berdiri tepat di hadapan Ami.
Ami menyadari kini seseorang berdiri tepat di hadapannya. Ia perlahan mendongak dan menatap wajah gadis itu. Gadis itu menatap Ami dengan mata sayu, dan terlihat dari raut wajahnya kalau saat ini keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Ada perasaan marah, kesal, kecewa, sedih, kini tengah berkecambuk di dalam hatinya.
Ami berdiri menatap gadis itu, perlahan Ami meraih tangan gadis itu tapi gadis itu malah langsung melepaskan tangannya dari tangan Ami.
"Lo pembunuh!" seru gadis itu dengan keras sambil menuding tepat ke wajah Ami.
Ami menggeleng sambil menangis.
"Gue bukan pembunuh, gue bukan pembunuh...," seru Ami dengan suara lirih disusul isak tangisnya.
Gadis itu pun menangis tersedu-sedu. Ami berusaha memeluk gadis itu tapi gadis itu malah mendorong Ami dengan keras hingga Ami terjatuh ke tanah.
"Lo gak berhak nyentuh gue pembunuh!" seru gadis itu lagi dengan keras.
"Gue bukan pembunuh!" kini Ami pun mengeluarkan suaranya dengan keras. "Udah gue bilang gue bukan pembunuh...," seru Ami lagi masih dalam posisi duduknya. "Bukan aku yang menginginkannya, bukan aku yang menginginkannya, bukan aku yang menginginkannya..." Ami terus mengulangi kata itu sampai berpuluh kali.
"Dasar gadis picik!" seru gadis itu lagi pada Ami. "Mana ada pembunuh ngaku membunuh!"
"Bukan aku yang menginginkannya..." Ami terus mengulangi kata itu lagi.
Gadis itu lalu berjongkok di hadapan Ami dan menatapnya dengan penuh kebencian.
"Lo!" ujarnya sambil menunjuk tepat ke arah Ami. "Mulai detik ini, gue gak mau liat muka picik lo lagi!" serunya lalu meninggalkan Ami sendirian.
Di situ Ami benar-benar menangis sejadi-jadinya.
"Aku tidak pernah menginginkan ini."
Tanpa sadar, Ami menitikkan air mata. Ia segera mengusapnya lalu mematikan ponsel dan langsung beranjak tidur.
***
Ami berjalan hendak menuju kelas, namun di situ terlihat sekerumunan orang yang tengah berkumpul.
Apa yang sedang terjadi?
"Terima, terima, terima," seru semua siswa yang tengah berkumpul itu sambil menepukkan tangannya.
Ami melihat sekilas orang yang tengah dikerumuni itu. "Elsa."
Terlihat seorang pria yang tengah berjongkok, namun Ami tidak dapat melihat wajahnya karena ia tertutupi oleh para siswa yang mengerumininya.
"Ayo terima, Elsa," seru seorang siswa laki-laki.
"Iya Elsa, ayo," seru yang lainnya juga.
"Wahh, kayaknya pria itu lagi nembak Elsa deh, daebak!" seru Ami. Namun kini Ami malah melihat tubuh Elsa yang mulai bergetar.
"Maaf," seru Elsa pelan lalu segera pergi dari kerumunan itu.
Iya pergi ke arah tempat Ami berdiri. Elsa sekilas melihat Ami sebentar dan langsung berjalan lagi.
Ami berbalik melihat Elsa yang mulai berjalan menjauh darinya.
"Kenapa Elsa pergi gitu aja?" tanya seorang siswa perempuan di sana. Mereka kini sama-sama tengah melihat kepergian Elsa.
"Wah, lo ditolak sama Elsa!" seru seorang murid pria lagi.
Ami berbalik badan melihat kerumunan siswa itu, lalu ia melihat seorang pria yang pergi meninggalkan kerumunan. Ami tidak dapat melihat wajah pria itu, yang terlihat hanyalah postur tubuhnya saja.