Begin

Fiha Ainun
Chapter #6

LIMA

Ami berjalan keluar asrama hendak mencari angin malam. Sambil menempelkan handphone di telinga, ia berbicara lewat telepon dengan ibunya.

"Ma, Papa bilang Mama bakal jenguk aku, tapi kapan?" tanya Ami.

Terdengar suara Marisa dari pengeras suara di telepon Ami. "Hei, baru juga dua hari di situ udah minta dijenguk."

"Tapi kan, Ma, Papa udah janji loh. Harusnya ditepatin dong, gimana sih Papa!" keluh Ami sedikit kesal pada papanya.

"Iya iya, kapan-kapan Mama jenguk deh!" seru Marisa dari telepon.

"Janji, ya," seru Ami lagi. Ia terus berjalan sambil bertelepon, namun kebetulan ia melihat Elsa yang tengah berjalan di depan kerumunan beberapa siswi.

"Ma, teleponnya kututup, ya," seru Ami lalu langsung menutup panggilan telepon secara sepihak.

Ami mendengar seseorang dari kerumunan itu berbicara. "Mentang mentang dia cewek terpandai di sekolah ini, seenaknya aja dia nolak cowok tanpa alasan!"

Mendengar ucapan gadis itu, Elsa berhenti melangkah.

"Ya harusnya dia kasih alasan yang logis dong! Pasti si Rifaf malu banget diperlakuin kayak gitu!"

Elsa mulai naik pitam mendengar ucapan para gadis itu. Ia langsung berbalik hendak menegur mereka, namun ucapannya terhenti ketika Ami mendekati mereka dan langsung bicara.

"Ya menurut gue sih, ya lebih kasian lagi sama orang yang sok sibuk ngurusin hidup orang lain," seru Ami sambil melanjutkan jalannya.

"Heh, murid baru!" tegur salah satu dari mereka. "Berani lo ikut campur urusan kita!"

Ami berhenti berjalan setelah mendengar teguran itu. Ia tersenyum tipis sambil memperlihatkan deretan giginya sekilas lalu berbalik.

"Lo bilang gue ikut campur? Kalo gitu, apa kabar lo yang sekarang bisanya mengomentari hidup orang lain! Apa itu bukan dinamakan ikut campur, hah?" seru Ami dengan suara lantang.

"Lancang lo, ya!" seru siswi yang berbicara tadi lalu maju ke hadapan Ami dan refleks tangannya menampar Ami.

Ami mengeluh kesakitan, namun ia berusaha menutupinya. Ami memegang sudut bibirnya yang berdarah. Melihat wajahnya terluka, kemarahan Ami makin menjadi-jadi. Ia pun langsung menjambak rambut gadis itu dengan geram.

gadis itu pun merasa kesakitan dan langsung balas menjambak Ami. Di situlah aksi mereka saling menjambak pun menjadi-jadi.

Elsa bingung harus berbuat apa, Elsa memanggil mereka tapi panggilannya tidak didengar. Mereka baru berhenti berkelahi ketika mendengar suara teriakan Ibu asrama. Mereka saling memandang satu sama lain.

"Hebat sekali kalian, ya. Bisa-bisanya berkelahi di dalam asrama. Kalian ikut Ibu!" seru Ibu asrama itu.

Ami mendesis pelan dan langsung mengikuti Ibu asrama itu, begitu juga dengan gadis yang tadi berkelahi dengannya.

"Clara!" panggil Ibu asrama pada gadis itu.

Ami mengangguk-angguk pelan. "Oh, nama lo Clara. Nama kayak orang kota, kok kelakuan kaya orang utan!"

"Apa lo bilang?!" teriak Clara sembari memberikan tatapan tajam ke arah Ami.

"Masih berani kalian ribut di depan saya?!" teriak Ibu asrama lagi. Ia sekarang benar-benar merasa geram dengan kelakuan dua siswi di hadapannya ini. "Kamu tau berapa poin yang udah kamu dapat, Clara?"

Clara hanya menjawab dengan menggeleng.

"33 point!" seru Ibu asrama itu dengan keras.

Terlihat kalau Clara kaget ketika mendengar ucapan Ibu asrama itu. "33 point?" ulang Clara.

"Mmm..." Ibu asrama mengangguk pelan. "Dan sekarang, kamu dengan santainya berkelahi sama Ami! Itu tandanya pointmu akan bertambah menjadi 43 point. Kamu tau, kalau pointmu mencapai 50 kau akan diskorsing, dan kalau sampai 100 kamu akan--"

"Dikeluarkan," sela Clara. "Saya tau, Bu."

"Itu tau! Tapi kenapa masih dilakuin?" tanya Ibu asrama lagi.

"Maaf, Bu," seru Clara sambil menunduk.

Terlihat Ibu asrama itu menghela napas berat. "Dan kamu!" pandangannya tertuju pada Ami.

Ami mendongak. "Ya?"

Lihat selengkapnya