Ami kini berjalan beriringan bersama Rifa menuju asrama. Jam masih menunjukkan pukul 21:45. Masih ada lima belas menit lagi sebelum jadwal pemeriksaan siswa di asrama dimulai.
Mereka berdua berbincang-bincang sambil sesekali cekikikan saat mereka bercanda bersama.
"Buruan ah jalannya," keluh Ami sambil mendorong punggung Rifa untuk melangkah di depan.
"Santai aja kali, masih ada 15 menit lagi," seru Rifa memposisikan dirinya berjalan sejajar dengan Ami. "Lagian kita udah deket ini."
"Nanti kalo ada satpam jaga gimana? Kita mau lewat mana coba?" tanya Ami.
"Ya lo rayu aja satpamnya. Lo kan cewek, entar dia luluh tuh kalo lo rayu," saran Rifa disusul tawanya.
Ami kesal dan langsung memukul punggung Rifa dengan keras, sementara Rifa hanya mengaduh sambil meminta Ami menghentikan kelakuannya.
Karena Ami tidak menghentikan pukulannya, akhirnya Rifa menggenggam pergelangan tangan Ami yang tadi sibuk memukulnya.
"Sakit tau!" keluh Rifa masih tetap dalam posisi menggenggam pergelangan tangan Ami.
"Lagian lo rese sih!" keluh Ami.
"Rese juga lo suka, kan? Iya, kan?" goda Rifa sambil menaik turunkan alisnya.
Ami hanya memutar bola mata malas mendengar ucapan Rifa yang benar-benar terlalu percaya diri itu. "Haha, otak lo kebanyakan pasir sampe ngomong ngelantur kayak gitu!" seru Ami lagi namun tidak dijawab oleh Rifa.
Rifa malah menatap lekat ke arah mata Ami tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain sedikit pun, dan itu malah membuat Ami merasa salah tingkah sendiri.
Oh, kenapa tatapan Rifa kayak gitu? Tatapan nya terasa damai banget deh, batin Ami.
"Lo cantik." Sontak saja ucapan Rifa membuat Ami terkejut setengah mati.
Ia membelalakkan mata seolah tak percaya akan hal yang baru saja ia dengar. Jujur, ia sedikit tersanjung akan ucapan Rifa tadi dan Ami langsung menunjukkan senyum manisnya.
"Tapi bohong!" lanjut Rifa disusul cengiran lebarnya.
Seketika senyuman Ami langsung memudar setelah mendengar kelanjutan dari ucapan Rifa tadi.
Apa-apaan dia! dia bohongin gue?
Ami jadi membatin sendiri. Tadi ucapan Rifa sudah sukses membuat dirinya tersanjung. Dan sekarang, ia malah langsung menjatuhkannya begitu saja dengan ucapan selanjutnya.
"Lepasin!" seru Ami sambil menarik tangannya dari genggaman Rifa lalu berjalan meninggalkan Rifa terlebih dahulu. Tidak lupa ia pasang wajah ketusnya karena benar-benar kesal saat ini.
"Hei, lo marah?" tanya Rifa sambil menyusul jalannya Ami, namun kini ia tidak memposisikan untuk berjalan sejajar dengan Ami, melainkan memilih berjalan di belakangnya.
"Gue becanda, jangan ngambek gitu dong!" seru Rifa lagi tapi tetap tidak digubris oleh Ami. "Tapi lo beneran cantik kok."
"Gue gak kemakan sama rayuan lo!" Akhirnya kali ini Ami menjawab ocehan Rifa sambil tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun ke belakang ke arah Rifa.
"Tapi gue serius loh...," goda Rifa lagi.
"Gue juga serius gak bakalan percaya sama omongan lo!"
Rifa mendesah keras setelah mendengar ucapan Ami. Gue serius kalo lo itu cantik Putri Utami, batin Rifa.
Akhirnya mereka kini sampai di depan gerbang asrama. Ami baru saja hendak memanjat gerbang, namun tiba-tiba gerbang asrama itu sudah di buka dan di dalam sudah berdiri Pak Satpam beserta para penjaga asrama. Ami dan Rifa terkejut bukan main dan langsung saling menatap satu sama lain.
Putri utami, kelar hidup lo!