Rifa berjalan ke arah kelas sambil sesekali cengengesan sendirian, dan itu membuat para siswa dan siswi yang melihatnya terheran-heran akan tingkah anehnya itu.
Rifa sendiri tak tahu alasan kenapa hari ini ia merasa sangat bahagia sekali. Bahkan ia belum memulai kegiatan sama sekali untuk hari ini. Apa karena Ami? Entahlah, yang penting ia harus mengawali hari ini dengan senyuman, kan?
Saat memasuki ruang kelas, seketika senyumnya mengembang ketika dirinya melihat Ami yang tengah duduk di bangkunya sambil memejamkan mata dengan sebuah earphone yang bertengger di telinganya. Jangan lupakan, di situ juga terlihat Kiki dan Elsa yang duduk di bangkunya masing-masing.
Elsa yang kebetulan melihat Rifa langsung berdiri dan hendak menghampirinya. Namun Rifa seakan tidak melihat keberadaan Elsa, ia hanya lewat begitu saja padahal posisi Elsa kini berada di sebelahnya dan hampir saja memanggil namanya.
Seketika hati Elsa langsung mencelos setelah keberadaannya sama sekali tidak digubris oleh Rifa. Ia lalu menatap Rifa yang melangkah ke arah Ami. Dan ketika Rifa sudah duduk di bangkunya, Rifa langsung mengambil earphone yang menempel di telinga sebelah kanan Ami yang membuat posisi mereka kini saling berbagi earphone.
"Dengerin lagu apa sih?" tanyanya setelah menyamankan posisi duduknya.
Melihat Rifa yang seperti itu membuat Elsa semakin geram. Tangannya langsung mengepal dengan keras pertanda ia sangat marah saat ini. Tanpa ia sadari, Kiki yang sedari tadi berada di sebelahnya langsung melihat ke arahnya lalu beralih menatap ke arah Rifa dan Ami.
"Woi! Kaget gue!" teriak Ami ketika menyadari keberadaan Rifa.
"Lagu apaan sih, gue gak ngerti sama bahasanya."
Ami langsung mendengus kesal. "Bodo amat lo mau ngerti atau nggak, lo gak suka juga gue gak peduli. Yang penting gue gak pernah nyuruh lo buat berkomentar, kan?" seru Ami sambil mau mengambil earphone yang menempel di telinga Rifa namun tangannya langsung dicekat oleh Rifa.
"Gue kan cuma bilang gak ngerti sama bahasanya, bukan bilang gak suka," seru Rifa sambil memposisikan kembali tangan Ami yang tadi dipegangnya ke atas meja.
Elsa, emosinya sekarang benar-benar meluap melihat kebersamaan Ami dan Rifa. Kiki yang mengetahui akan hal itu langsung meraih tangan Elsa lalu menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya. Elsa tadinya menolak, namun setelah melihat senyum tulus yang terukir dari bibir Kiki, akhirnya ia luluh juga. Ia langsung duduk di bangkunya yang kebetulan bersebelahan dengan Kiki.
"Kita tentuin lagu buat project duet yuk. Besok lusa kan ada pelajaran seni," seru Kiki setelahnya dan hanya dijawab anggukan oleh Elsa.
"Btw, lo udah dapet lagunya?" tanya Rifa sambil ikut-ikutan memejamkan mata seperti posisi Ami sekarang.
"Lagu apa?" tanya Ami sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Lagu buat kita berdua lah. Buat duet itu?" tany Rifa sambil ikut-ikutan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Cih, dari tadi ngikutin gerakan gue mulu. Lo gak ada kerjaan lain, ya?" tanya Ami yang baru saja menyadari apa yang Rifa lakukan saat ini.
"Dih, pede banget omongan lo. Gue cuma refleks. Lagian lo pengen banget, ya gayanya diikutin gue?" Rifa berucap sambil menyenggol pelan bahu Ami.
"Oh my god. Gue benar-benar bisa ketularan gila kalo terus-terusan sama dia!" Ami menggerutu namun masih didengar dengan baik oleh Rifa.
"Kan gue yang ketularan akan kegilaan lo!" balas Rifa lagi.
"Yang sama-sama gila bisa diem!" bentak Ami.
"Tuh, kan? Ngakuin sendiri kalo gila, haha...."
"Diem deh, gue lagi milih lagu jadi gak konsen, kan!"
"Yang ini aja sih, ini juga enak kok lagunya."
Ami langsung mendelik ke arah Rifa. "Idih, sejak kapan lo setuju kalo gue pilih lagu K-pop? Biasanya juga teriak-teriak gak jelas dengan genre pilihan gue."
"Kalo gue bisa nolak, dari dulu juga udah gue tolak. Cuman..." Rifa menghentikan kata-katanya, lalu telunjuknya ia tempelkan tepat ke arah dahi Ami. "Otak lo udah gak waras karna terus-terusan pengen lagu K-pop. Gue mau melawannya juga susah, otak lo kan bebal!"
"Cih..." Ami langsung menyingkirkan tangan Rifa dari dahinya. "Bilang aja lo udah mulai suka K-pop. Iya, kan?" goda Ami.
"Terserah lo deh. Ngomong sama orang yang nggak waras mah bakalan tetep kalah kok, jadi gue maklumin," seru Rifa sambil menunjukkan cengiran khasnya.
Seketika Ami langsung mencubit pinggang Rifa yang membuat Rifa menjerit kesakitan.
"Apaan sih lo! Main cubit-cubit aja!" gerutu Rifa sambil mengelus pelan pinggangnya yang habis dicubit Ami.
"Salah lo ngatain gue gak waras!"
"Emang kenyataannya."
"Lo tuh kenapa sih tiap sama gue selalu ngajaknya berantem terus?"
"karna gue sayang."
Sontak saja ucapan Rifa membuat tubuh Ami langsung membeku seketika. Ami merasakan pipinya mulai merona saat ini.
Please Ami, jangan sampe terbawa suasana kali ini, batinnya.
"Pipi lo merah lagi."
Ucapan Rifa langsung membuat Ami segera menutupi bagian pipinya.
"Lo baper, ya sama ucapan gue?" goda Rifa lagi sambil menaik turunkan alisnya dengan tatapan menggoda.
Siapa yang nggak baper kalo ada cowo yang bilang sayang secara terang terangan kayak gitu?
Ingin sekali Ami mengatakan hal itu, namun mana mungkin bukan ia mengatakannya pada Rifa? Nanti ia justru akan jadi bahan cibirannya. Lagi pula kenapa Rifa bisa mengatakan hal itu dengan enteng? Bahkan tidak ada beban sama sekali. Apa sih yang ada di pikirannya?