Begin

Fiha Ainun
Chapter #21

DUA PULUH

Ami membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan sekali hempasan. Sesekali ia memijit mijit bahunya yang terasa pegal. Ia langsung teringat kejadian tadi, saat Rifa menyatakan perasaan padanya. Jujur, Ami merasa senang saat ia mengetahui Rifa menyukainya. Ami juga tidak tahu kenapa ia merasa sesenang ini. Apa ia juga selama ini mulai menyukai Rifa? Entahlah. Tapi yang pasti, mengetahui kenyataan bahwa Rifa menyukainya membuat hatinya benar-benar lega sekarang.

Tapi untuk menjawab perasaan Rifa saat ini, ia masih sedikit ragu. Rasanya ia belum siap untuk memulai hubungan. Apalagi ia sempat memiliki trauma untuk mencintai laki-laki. Ia takut akan kehilangan orang yang ia sayangi lagi saat dirinya memulai hubungan dengan seorang pria. Apa yang harus ia lakukan? Ia harus jawab apa tentang perasaan Rifa?

Ami benar-benar gelisah. Ia langsung memiringkan tubuhnya lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

***

Ami berjalan dengan was-was takut kalau ia akan bertemu dengan Rifa. Namun tentu saja mustahil bukan kalau ia tidak bertemu Rifa? Mereka sekelas, bahkan duduk bersebelahan. Ami benar-benar merasa belum siap untuk bertemu Rifa saat ini. Ia takut Rifa memaksa dirinya untuk menjawab perasaan Rifa sekarang. Ia bahkan belum menemukan jawaban yang tepat.

Dengan perlahan, Ami membuka pintu kelas. Ia kemudian merasa lega karena saat ini keadaan kelas benar-benar sepi, belum ada satu orang pun di sini. Ia baru ingat, ini masih jam enam pagi, bukan? Pantas saja masih sangat sepi. Ami sengaja berangkat sepagi ini hanya karena ingin menghindar bertemu Rifa, biasanya Rifa akan menunggu Ami di depan gerbang agar berjalan ke sekolah bersama-sama.

Setelah meletakkan tas di atas meja, Ami langsung mengambil posisi duduk di bangkunya. Seperti biasa, ia langsung memakai earphone dan langsung menyetel musik di ponsel-nya. Cosmic Railway - Exo, lagu yang diputarnya saat ini.

Ia memejamkan mata sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Hampir setengah jam Ami berada dalam posisi itu. Selang beberapa menit, Ami merasakan kehadiran siswa lain yang memasuki ruangan kelas. Ami sama sekali tidak membuka mata, ia hanya takut saat ini Rifa juga sudah berada di ruangan kelas. Ia benar-benar belum siap untuk melihat wajahnya.

"Ami, tumben berangkat pagi?" Itu suara Kiki. Ami jelas mengenal suara itu namun Ami sama sekali tidak berniat membalas pertanyaan Kiki barusan.

Lalu ia merasakan kehadiran seseorang yang kini duduk di sebelahnya. Rifa, satu kata yang sekarang melintas di benaknya, dia pasti Rifa. Apa yang harus Ami lakukan? Ami benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Bagaimana kalau Rifa mengajukan pertanyaan itu? Ami harus jawab apa? Ami belum siap!

Namun seketika Ami dikejutkan oleh hentakan keras di mejanya dan itu sukses membuat ami langsung membuka mata karena merasakan keterkejutan.

"Ami!" seru seseorang hingga berhasil membuat Ami terkejut karena memukul meja di depannya.

"Bambam! Apaan sih lo! Santai woi!" Ami langsung mendengus kesal setelah melihat ulah siapa itu.

"Ya elah, pagi-pagi cocot lo udah berkoar ke mana-mana!" cibir Bambam.

Ami langsung mendengus kesal setelah mendengar Bambam mencibirnya.

"Ada apa?" tanya Ami to the point.

"Lo di cariin sama guru Fisika."

"Ngapain?"

"Ya mana gue tau, nyet!"

Setelah itu Bambam langsung pergi berlalu dari hadapan Ami. Ami benar-benar ingin sekali menjitak kepalanya kalau saja ia tidak menyadari saat ini Rifa sudah duduk anteng di sebelahnya.

Akhirnya Ami langsung berjalan keluar kelas tanpa menoleh ke arah Rifa sedikit pun. Ia masih belum siap.

***

Rifa berjalan ke arah kelas sendirian. Tadi ia sempat menunggu Ami sebentar di depan gerbang sebelum ia bertemu dengan teman sekamar Ami, Helena yang bilang kalau Ami sudah berangkat sejak jam enam tadi. Ada apa dengan Ami? Apakah Ami sedang berusaha menghindarinya?

Rifa langsung menggeleng cepat. Jangan berburuk sangka, itu yang ada di pikirannya saat ini. Mungkin saja Ami ada keperluan di sekolah sehingga mengharuskan ia berangkat sepagi ini.

Lihat selengkapnya