Begin

Fiha Ainun
Chapter #22

DUA PULUH SATU

Sudah hampir satu jam Rifa menunggu Ami di depan asrama, namun sosok Ami saat ini belum terlihat juga. Tadi Ami mengiriminya pesan untuk menunggu di depan asrama jam delapan, tapi sekarang bahkan sudah jam sembilan lewat Ami belum terlihat juga. Apalagi sebentar lagi asrama akan ditutup.

Sesekali Rifa melirik jam yang melingkar di tangannya lalu kembali mondar mandir tidak karuan.

Lo di mana sih?, tanya Rifa pada diri sendiri.

Selang beberapa menit kemudian, ia melihat Ami yang tengah berlari-lari kecil untuk menghampirinya.

"Lo dari mana aja sih? Kok telat? Gue khawatir!" seru Rifa dengan bertubi-tubi.

Ami tidak menjawab karena saat ini ia masih mengatur nafasnya untuk kembali normal karena tadi habis berlari-larian saat menuju ke sini.

"Sorry..." seru Ami sambil berjalan ke arah pohon yang dekat dengan asramanya itu lalu memposisikan dirinya untuk duduk. Rifa langsung menyusul dan ikut duduk di sebelah Ami.

"Lo belum jawab pertanyaan gue..." seru Rifa lagi.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Ami tidak mengerti karena tadi ia tidak memperhatikan apa yang tengah dibicarakan oleh Rifa.

"Lo dari mana? Kok datengnya telat?" Rifa akhirnya mengulang kembali pertanyaannya itu.

Terlihat Ami mengangguk-angguk mengerti. "Tadi nyokap gue telpon lama banget, gue sampe lupa ada janji sama lo di sini..."

"Lo lupain janji lo? Astaga... lo harus tau, gue sampe jamuran nungguin lo di sini tau gak!" Rifa mulai menggerutu kesal.

"Kan gue udah minta maaf. Ya elah, ngambekan deh!" serunya sambil menyenggol pelan bahu Rifa.

"Ya udah ya udah. To the point deh, lo terima gue nggak?"

Ami diam. Cukup lama Rifa menunggu Ami untuk mengatakan sesuatu tapi nihil, Ami tetap membungkam mulutnya. Setelah cukup lama menunggu jawaban dari Ami yang tak kunjung Ami berikan itu, akhirnya ia mulai bicara kembali.

"Ya elah, gue kan udah bilang gak usah jawab sekarang kalo lo belum siap. Liat kan--" Rifa langsung menghentikan omelannya saat dirinya merasakan sebuah kecupan halus mendarat di pipinya.

Matanya langsung membulat tidak percaya. Apa-apaan ini? Ami menciumnya? Hei, bahkan Rifa belum siap akan hal itu!

Ami langsung memalingkan wajah karena merasa malu. Ia yakin pipinya sudah merona saat ini. Apa yang tadi ia lakukan? Kenapa ia seberani itu?

"Gue mau nerima lo," seru Ami pelan tanpa memandang Rifa.

Rifa yang belum sepenuhnya sadar hanya bengong tak menanggapi ucapan Ami.

"Hei!" Ami langsung mengguncang bahu Rifa karena melihat ekspresi datar Rifa yang terus bengong seperti itu.

Rifa langsung terbelalak. "Eh... oh ... lo ... lo bilang apa tadi?"

Ami mendengus kesal karena Rifa tidak mendengarkan ucapannya. Bukannya apa-apa, Ami hanya merasa sangat malu untuk mengulangi kata-kata itu.

"Gak ada pengulangan!"

"Lah, kok gitu?" tanya Rifa.

"Lo sih ngeselin gak dengerin omongan gue!"

"Ya udah, ulangi lagi dong."

"Nggak!"

"Ayolah...."

"Nggak!"

"Ami...."

"Nggak, Rifa!"

"Putri Utami...."

"Di bilang nggak ya enggak, apaan sih!"

"Sayang...."

"Ng--Sayang?" Ami langsung terbelalak mendengar Rifa memanggilnya seperti itu.

Rifa langsung tersenyum setelah melihat ekspresi Ami. "Gue denger kok," seru Rifa. "Makasih, lo udah percaya sama gue buat jadi pacar lo. Gue gak janji buat bahagiain lo, tapi gue bakalan tetep berusaha buat lo terus tersenyum saat bersama gue." Rifa tersenyum lalu meraih kepala Ami dan langsung mengecup lembut kening gadis itu.

Ami tidak percaya akan apa yang tengah terjadi saat ini. Namun di dalam hati kecilnya, ia bersorak kegirangan akan hal itu. Ami melihat Rifa yang tersenyum sangat manis sekali.

"Aku mau dikecup lagi, dong," bisik Rifa pelan di telinga Ami dan langsung sukses membuat Ami melotot.

Seketika Ami langsung mendorong badan Rifa agar menjauh darinya. "Dasar byuntae!" jerit Ami.

"Byuntae?" tanya Rifa tidak mengerti akan apa yang dikatakan Ami.

"Iya, lo pria termesum sedunia!" seru Ami dan langsung bangkit meninggalkan Rifa.

"Hei, bukannya tadi lo duluan yang mulai!" seru Rifa sambil berjalan menyusul Ami.

"Serah lo!"

"Ayolah sekali lagi."

"Kita putus!"

"Hei, belum semenit kita jadian loh, sayang."

"Bodo amat!"

"Ya udah, aku gak minta lagi deh."

"Kita gak jadi putus!"

"Nah, gitu dong!" Rifa langsung merangkul bahu Ami lalu berjalan beriringan memasuki asrama sambil tersenyum.

***

Ami baru saja hendak merebahkan diri di ranjang sebelum ia mendengar ponsel-nya berdenting pertanda ada pesan masuk. Ia langsung meraih ponsel yang tadi ia taruh di atas meja lalu melihat pesan yang masuk.

Ami langsung tersenyum ketika melihat nama yang terpampang di sana. Crazy Rifa, ada 17 pesan masuk di situ.

Gak sabaran banget, gerutu Ami. Ia jadi tertawa sendiri karena ia belum mengganti nama Rifa di ponselnya.

Akhirnya sebelum membalas pesan dari Rifa, Ami mengganti nama Rifa di ponsel-nya terlebih dahulu.

Rifa :*

P

P

Lihat selengkapnya