Sudah seminggu kegiatan sekolah dimulai kembali. Ami juga sudah kembali ke asrama, begitu juga dengan yang lainnya. Sekarang jam istirahat sedang berlangsung sehingga banyak siswa memilih keluar. Entah untuk mengisi perut kosong mereka dengan makanan di kantin, atau pun berdiam diri di perpustakaan sekadar untuk mengisi kekosongan waktu.
Namun Ami tak baranjak sedikit pun dari tempat duduknya. Setelah selesai membereskan buku dan alat tulis, ia merebahkan kepalanya di atas meja dan mulai memejamkan mata. Namun, suara dehaman berat seorang pria di sebelah membuat dirinya membuka mata kembali. Ami menoleh menatap pria itu tapi masih tetap dalam posisinya semula.
"Apa?" tanya Ami.
"Nggak ke kantin?" tanya Rifa.
Ami menggeleng. Jujur saja, saat ini ia merasa sangat gelisah. Namun ia tak tahu kenapa ia bisa merasa sangat gelisah seperti ini. Mudah-mudahan tidak terjadi hal buruk, serunya dalam hati.
"Kenapa? Nggak mau makan gitu?" tanya Rifa lagi.
"Nggak ah, males." Ami kembali memejamkan mata, sementara Rifa hanya mengangguk-angguk pelan dan bangkit dari duduknya.
"Ya udah, kalo gitu aku tinggal, ya," serunya sambil mengacak-acak pelan rambut Ami.
Ami hanya menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan.
Selang 15 menit kemudian, ia merasakan seseorang duduk di bangku sebelahnya lagi. Ami tidak peduli, ia tetap memejamkan mata seolah tidak terusik oleh keberadaan orang itu. Lalu ia merasakan ada yang memegang bahunya. Ami hendak marah karena orang itu berani menyentuhnya, sebelum orang itu mengeluarkan suara yang sangat ia kenal.
"Bangun dulu," serunya sambil meremas bahu Ami pelan.
Ami tahu suara itu milik siapa, Rifa. Ami akhirnya membuka mata dan mendapati Rifa sudah duduk kembali di sebelahnya, dan di mejanya terlihat sebuah kantung plastik yang entah Ami pun tak tahu apa isinya.
Rifa tersenyum. "Ini makan dulu," serunya sambil mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik itu yang ternyata berisi dua buah roti dan dua botol air mineral.
"Aku cuma bawa roti. Kamu mau yang lain? Aku bawain lagi, ya?" serunya lagi karena Ami diam saja dan tak bergeming.
Ami yang mendengarnya langsung menggeleng lalu tersenyum. "Ini aja," jawabnya sambil meraih sebungkus roti coklat dan satu botol air mineral yang Rifa berikan untuknya. "Makasih."
Rifa menjawabnya dengan senyuman lalu mengelus pelan kepala gadisnya itu. "Udah cepetan dimakan, nanti keburu jam istirahat habis loh."
Ami mengangguk lalu membuka bungkus roti itu dan mulai memakannya.
"Kenapa, sih dari tadi keliatannya lemes terus. Ada masalah?"
Ami menggeleng pelan tanpa menghentikan aktifitasnya yang tengah makan. "Aku gak tau, tapi aku merasa gelisah sekali saat ini."
Rifa menatap Ami heran. "Gelisah kenapa? Coba sekarang bilang sama aku."
Ami menggeleng kembali. "Nggak tau, Rif. Aku merasa gelisah dan khawatir. Tapi aku nggak tau apa yang aku khawatirin. Rasanya... ahh susah untuk diungkapkan."
Rifa diam sebentar setelah mendengar penuturan Ami. "Ya udah, sekarang jangan gelisah lagi, oke? Gak usah mikirin yang aneh-aneh."
Ami mengangguk pelan. Setelah Ami dan Rifa menghabiskan rotinya. Terdengar bunyi bel pertanda jam istirahat sudah selesai dan langsung membuat suasana kelas riuh karena satu persatu siswa mulai memasuki kelas kembali. Dapat dilihat, guru sudah mulai masuk ke kelas itu. Dan semua siswa juga sudah berada di dalam kelas, kecuali satu orang.
Elsa. Ke mana dia? tanya Ami pada diri sendiri.