Elsa baru saja memasuki asrama, namun dentingan di ponsel membuat langkahnya terhenti. Ia meraih ponsel yang berada di sakunya. Terdapat sebuah pesan dari Rifa.
Apa lagi? keluh Elsa. Ia sebenarnya enggan untuk membuka pesan itu, apalagi sekarang masalah sedang bertubi-tubi menghampirinya. Pertama, tentang kecelakaan Mama Marisa karena dirinya belum selesai. Kedua, tentang kedatangan Tomi yang semakin membuat kepalanya serasa mau pecah.
Kenapa juga Tomi harus kembali sekarang? Kenapa saat Tomi kembali ia harus bertemu dengannya, apalagi dengan sebuah pertemuan yang sangat tidak mengenakkan pula. Pertemuan yang membawanya kembali dengan masa lalunya. Dan sekarang, apalagi? Apa Rifa belum puas juga berbicara dengan dirinya? Pesan apa ini?
Akhirnya dengan mengeluh Elsa membuka pesan singkat itu.
Temui gue di depan asrama.
Elsa mengeluh kesal lalu segera membalas pesannya.
Gue udah ada di depan asrama.
Selang sekitar 10 menit kemudian, Elsa melihat Rifa yang kini tengah berlari-lari kecil menghampirinya. Jujur, jantungnya masih tetap tidak bisa normal kalau berhadapan dengan Rifa. Ia masih memiliki perasaan itu, perasaan cinta pada Rifa.
Terlihat Rifa mengatur napas untuk mengontrolkan diri. Sepertinya ia lelah karena berlari-larian tadi.
"Kenapa?" tanya Elsa.
"Gue mau tanya sesuatu sama lo."
Elsa menatap Rifa aneh. "Tanya apa?" Elsa berbicara dengan nada gugup. Ia hanya takut Rifa akan kembali membahas tentang kecelakaan Mama Marisa. Elsa belum siap.
"Siapa pria itu?"
"Hah?" Elsa langsung membelalakkan mata. Ternyata bukan itu yang Rifa tanyakan. Tapi apa tadi? Pria? Pria yang mana? Rifa juga kan pria.
"Pria yang tadi memeluk Ami," jelas Rifa seakan mengerti tatapan Elsa.
Elsa langsung melotot kaget. Rifa sekarang menanyakan tentang Tomi. Bagaimana mungkin Elsa harus menceritakannya. Ia tak akan sanggup!
"Gue liat lo sangat terkejut lihat mereka berpelukan kayak gitu. Lo kenal pria itu, kan?" tanya Rifa lagi.
Elsa tidak bisa menjawab. Ia berdeham sebentar berusaha untuk menetralisir pikiran.
"Dia... dia itu ... mmm...."
"Jawab aja, Elsa," seru Rifa tegas.
Elsa meringis. "Gue cuma terkejut liat Ami pelukan sama cowok tadi. Soalnya Ami kan pacar lo," tutur Elsa sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin pandangannya bertemu dengan Rifa.
"Lo bohong!" seru Rifa yang membuat Elsa kembali terkejut.
"Eng-enggak, g-gue gak bohong," ucap Elsa dengan gugup. Ia benar-benar gugup sekarang.
"Kalo lo gak bohong, coba liat gue. Tatap mata gue."
Elsa mendesis pelan. Kalau ia menatap mata Rifa, itu akan mengganggu kesehatan jantungnya, bodoh!
"Tuh, kan? Lo gak berani natap gue," seru Rifa karena sekarang Elsa hanya menundukkan kepalanya saja. "Jadi?" tanya Rifa lagi.
Apa pun alasannya, Elsa yakin pasti Rifa takkan mempercayainya. Bagaimana sekarang? Apa ia harus jujur? Ia belum sanggup mengatakan kejujurannya. Tapi, mau bagaimana lagi.
"Oke, gue jujur!" ucap Elsa final. Mungkin ini jalan satu-satunya agar satu masalah dapat diselesaikan. "Dia Tomi," ucapnya pelan.