Bambam berlarian menuju kamar asrama sambil berteriak. "Bro, bro," panggilnya dengan ngos-ngosan membuat Rifa dan Kiki yang tengah bercengkrama melihatnya dengan pandangan aneh sekaligus bingung.
"Ada apaan sih, Bam," seru Kiki karena melihat Bambam tidak segera mengatakan penyebab dirinya panik setengah mati seperti itu.
"Di luar... di sekolah... itu," seru Bambam dengan napas yang masih belum beraturan.
"Ngomong yang jelas dong, Bam!" Kini Rifa ikut bicara dengan nada kesal.
"Pacar lo, Bro! Ami! Berantem sama Elsa!"
Rifa terlonjak setelah mendengarnya. Ia saling berpandangan sebentar dengan Kiki, lalu keduanya langsung berlari ke luar kamar meninggalkan Bambam.
Dan benar saja apa yang dikatakan Bambam. Saat ia berlari ke arah sekolah, ia melihat kerumunan banyak orang dan dapat dipastikan orang yang tengah dikerumuni itu tak lain adalah Ami, dan juga Elsa. Rifa berlari mendekat. Dan benar saja, di situ sudah ada Elsa yang tengah tersungkur ke tanah dan Ami yang tengah berdiri sambil mengepalkan tangannya. Ia dapat melihat wajah Ami yang memerah menahan amarah.
Ami lalu meraih kerah baju Elsa lagi dan membuat tubuh Elsa langsung berdiri dengan sekali tarikan. Sepertinya tenaga Ami sangat besar hingga membuat Elsa terlihat kewalahan menanganinya.
"Lo celakain nyokap gue sampe dia masuk rumah sakit dan lo biasa aja? Lo tuh punya hati gak sih?!" Teriakan Ami sukses membuat Rifa terdiam.
Ami tahu? Ami sudah tahu?
"Gue gak sengaja, Ami!" teriak Elsa sambil berusaha menyingkirkan tangan Ami dari tubuhnya.
"Ahhh...!!!" Ami berteriak lagi lalu kembali mendorong Elsa. Beruntung ada seseorang yang menahan tubuh Elsa di belakang hingga ia tidak terjatuh lagi.
"Kenapa lo tega sama gue, Els..." Suara Ami kini mulai memelan, tangisnya sudah pecah sedari tadi. "Kenapa? Lo dendam sama gue, gara-gara lo dendam akhirnya lo celakain nyokap gue...," lirihnya.
"Nggak, Ami!" teriak Elsa. "Gue gak ada maksud buat celakain nyokap lo. Mana mungkin gue tega nyelakain orang yang udah gue anggap Mama gue sendiri. Gue takut... gue cuma takut..." Suaranya Elsa pun kini mulai memelan juga.
"Udah udah!" teriak Kiki yang kini masuk ke dalam kerumunan. "Bubar semuanya, gue minta bubar!" teriaknya dan membuat semua murid berhamburan meninggalkan lapangan.
"lo gak papa, Els?" tanya Kiki karena melihat keadaan Elsa saat ini benar-benar kacau. Kakinya pun terlihat lecet sana sini karena jatuh tersungkur terus menerus tadi.
Rifa segera ikut mendekati mereka lalu meraih tangan Ami dan membuat posisi mereka kini berhadapan.
"Ami," panggilnya pelan sambil menggenggam tangan gadis itu dengan erat.
Ami saat ini masih belum bisa mengontrol tangisannya. Namun, ia sadar pria yang kini berhadapan dengannya adalah Rifa, ya, Rifa. Orang yang dengan teganya menyembunyikan fakta tentang kecelakaan Mamanya.
Ami langsung menghempas tangan Rifa dengan sekali hentakan. "Gak usah pegang tangan gue!" serunya dengan keras.
"Lo kenapa kayak gini?" tanya Rifa tidak percaya mendapat perlakuan seperti itu dari Ami.
Ami lalu mengeluarkan flashdisk yang sempat ia cabut dari laptopnya, lalu melemparnya dan mengenai dada Rifa.
"Makasih buat kebenarannya!" serunya lagi. "Gue harap, mulai sekarang lo pergi jauh dari hidup gue!" Setelah itu ia langsung pergi melangkah meninggalkan Rifa yang masih tidak bergeming diam di tempat.
***
Kiki membersihkan luka di kaki Elsa dengan telaten. Sesekali terlihat Elsa yang meringis menahan perih ketika alkohol mengenai lukanya.
"Perih, ya?" tanya Kiki.
Elsa hanya tersenyum miring. "Sedikit."
Kiki menghela napas berat. "Sebenarnya masalah apa sih yang terjadi antara lo sama Ami? Kenapa dia bisa semarah itu sama lo?" tanya Kiki, dan pertanyaan Kiki sukses membuat Elsa terpaku tak bisa menjawab.
"Maaf kalo gue lancang, tapi tadi Ami bilang lo yang nabrak Mamanya? Bener?" tanya Kiki lagi, namun Elsa masih diam enggan untuk menjawab.