Begin

Fiha Ainun
Chapter #34

TIGA PULUH TIGA

Rifa tengah duduk di sebuah kursi panjang di taman sambil sesekali melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah hampir satu jam ia menunggu di sini. Tadi Elsa mengabarinya untuk bertemu di sini jam tujuh malam, tapi sekarang sudah lewat satu jam namun keberadaan Elsa belum terlihat juga. Kenapa juga Elsa meminta untuk bertemu di sini, padahal ia bisa saja kan meminta bertemu di depan asrama sehingga mereka tidak harus membolos seperti ini.

Karena merasa kesal menunggu lama, ia pun bangkit hendak meninggalkan taman itu sebelum matanya menangkap sosok seorang gadis yang sangat ia rindukan berdiri tidak jauh darinya.

Ami? Kenapa dia di sini?

Terlihat sekali Ami menampakkan wajah gugupnya. Ami langsung berbalik hendak pergi lagi tapi tangan Rifa dengan refleks menarik pergelangan tangan Ami lalu menangkup tubuh kecil itu dan mendekapnya. Ami yang merasa terkejut langsung meronta meminta Rifa untuk melepaskan pelukannya, namun justru itu malah membuat Rifa semakin mendekapnya dengan erat.

Dapat dirasakan oleh Rifa tubuh Ami yang berada di dekapannya mulai terisak. Ia benci ini. Ia paling benci kalau melihat gadisnya menangis seperti ini. Apalagi ia menangis karena dirinya.

Rifa mulai melepaskan pelukannya lalu menatap manik mata gadis itu yang berkaca-kaca. Ia berniat ke sini untuk menemui Elsa, namun yang ditemuinya sekarang justru Ami. Tapi kesempatan itu tidak mungkin Rifa sia-siakan, bukan? Apalagi selama dua minggu ini Ami sangat susah untuk ditemui.

"Jangan nangis," ucap Rifa lirih sambil menyeka air mata Ami dengan jarinya.

Ami yang mendengar ucapan Rifa malah semakin menangis haru dan membuat Rifa langsung mendekap ke pelukannya lagi, lalu mengelus pelan rambutnya dan mencium puncak kepala gadis itu.

"Maafin aku, aku egois," ucap Ami di sela isak tangisnya.

Rifa tersenyum samar lalu menyentuh pipi Ami dan mengelusnya pelan. "Ini bukan salah kamu, aku yang salah, aku yang gak jujur sama kamu."

"Tapi aku salah. Dari awal aku gak pernah dengerin penjelasan kamu. Seharusnya aku... seharusnya..." Omongan Ami jadi semakin terputus-putus karena berlomba dengan isak tangisnya.

"Syuuutt," sela Rifa sambil menempelkan telunjuknya pada bibir Ami dan membuat gadis itu langsung menghentikan katanya. "Kita lupain semuanya, oke? Kita mulai dari awal," ucapnya lalu mencium kening Ami dengan lembut dan kembali mendekap dia ke pelukannya lagi.

Sungguh Ami tak pernah menyangka mendapat perlakuan seperti ini dari Rifa. Pacarnya ini benar-benar so sweet, kan? Ya, selama ini Rifa tidak pernah seperti itu. Namun setelah kejadian ini membuat Ami jadi semakin yakin kalau ia sangat mencintai pria di hadapannya ini.

"Love you," bisik Rifa pelan di telinga Ami.

Ami tersenyum lalu mendongak menatap mata bulat Rifa. "Love you to..." Lalu ia kembali menenggelamkan kepalanya di dada bidang Rifa.

"Kita masih pacaran, kan?" tanya Rifa dan dijawab dengan dehaman oleh Ami. "Kalo gitu..." Rifa langsung mengangkat dagu Ami hingga membuat gadis itu menatapnya. "Bolehkan minta ini?" tanyanya sambil memajukan bibirnya.

Ami yang merasa tidak beres langsung mendorong tubuh Rifa hingga sedikit manjauh darinya. "Mesum, mau gue timpuk pake sendal?!"

Rifa meringis lalu langsung tertawa menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Becanda, sayang, aku cuma becanda," serunya sambil mencubit kedua pipi Ami.

"Lepasin ahh, sakit," gerutu Ami sambil menangkup kedua tangan kekar Rifa agar Rifa melepasnya, namun pria itu malah makin mencubit pipi Ami dengan gemas dan membuat Ami meringis karena sakit.

"Kalo nggak mau, kenapa?"

"Lepasin ihh... sakit!"

***

Elsa dan Kiki sama-sama menyusuri jalan sambil sesekali tertawa ria. Mereka benar-benar masih menertawakan kejadian tadi.

"Lo liat ekspresi dia tadi?" tanya Elsa di sela tawanya.

Kiki seolah berpikir. "Mmm... gini?" tanya Kiki lalu mempraktekkan bagaimana ekspresi Tomi saat Kiki mengaku sebagai pacarnya Elsa.

Seketika tawa Elsa kembali meledak hingga membuat orang lain yang tengah berjalan di sekitar mereka menatap Elsa dengan pandangan aneh.

"Heh! Ketawanya jangan keras-keras, malu diliatin orang," seru Kiki dan membuat Elsa langsung menghentikan tawanya.

"Oke oke," serunya.

"Gue baru liat lo ketawa selepas itu," jujur Kiki dan langsung membuat Elsa menoleh ke arahnya lalu tersenyum.

"Lo bener, selama ini mungkin gue terlihat acuh atau judes banget kali, ya di mata temen-temen, apalagi gue gak pernah gabung sama mereka sesekali untuk mengobrol atau apalah seperti yang di lakukan Ami, mungkin."

Kiki tersenyum samar mendengarnya. "Jangan samain diri lo sama Ami, gue gak suka."

Lihat selengkapnya