Begins

Noura Publishing
Chapter #1

PROLOG

Akhirnya. Akhirnya penantian Kessa selama bertahun-tahun akan segera usai. Seperti kata orang-orang, semua akan in­dah pada waktunya. Dan, kini, impian Kessa selama bertahun-tahun akan segera terwujud. Tinggal menghitung waktu. Te­patnya, beberapa jam lagi.

Buket mawar putih yang dipadu dengan baby breath ki­riman Jayaz tiba di meja Kessa sebelum jam makan siang tadi. Buket bunga pertama dari Jayaz setelah mereka pacaran selama enam tahun. Kartu kecil yang menyertai buket itu adalah pesan manis yang mengatakan bahwa Jayaz telah mereservasi tempat di salah satu hotel bintang lima untuk makan malam mereka. Bukan sembarang restoran, melainkan rooftop restaurant yang mahal. Seperti buket bunganya, ini juga akan menjadi kencan rooftop pertama mereka.

Meskipun tidak sering, Kessa dan Jayaz kadang makan di fine dining restaurant saat merayakan sesuatu. Ulang tahun, pro­mosi, atau sekadar karena mendapatkan bonus lebih dari kan­tor. Namun, fine dining di rooftop restaurant untuk makan malam tentu saja suasananya berbeda. Kessa tahu tidak mudah mendapatkan tempat di restoran itu. Dan, dengan undangan yang manis se­perti ini, semuanya tentu saja menjadi sangat mudah ditebak.

Kessa mengamati jari-jarinya. Apakah dia sebaiknya mam­pir ke salon untuk manikur lebih dulu? Jari yang cantik saat dise­mat­kan cincin akan terlihat semakin menawan. Sayangnya, dia tidak akan sempat melakukan itu. Ada meeting bersama para pe­tinggi dan bos besar untuk membahas rancangan acara baru yang akan ditayangkan stasiun televisi tempatnya bekerja sebagai produser. Namun, dia pasti akan menyempatkan mampir ke mal untuk mem­beli gaun baru. Kessa tentu tidak ingin dilamar de­ngan sera­gam kantor yang entah sudah berapa ratus kali dia pakai. Jika dipi­kir-pikir lagi, dia memang cenderung pelit untuk urusan fashion, padahal penghasilannya lebih dari cukup. Kessa tidak pernah ter­lalu ambil pusing dengan urusan penampilan, ka­rena meskipun Jayaz selalu tampil layaknya eksekutif muda yang peduli terhadap penampilan, dia tidak pernah memprotes penam­pilan Kessa.

Sebelum sepakat pacaran enam tahun lalu, Kessa dan Jayaz sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di yayasan yang sama sejak TK, kenal baik mulai SD, bersahabat di SMP, dan Kessa jatuh cinta kepada Jayaz saat mereka SMA. Yap, cinta pertama. Hanya saja, karena Jayaz waktu itu tertarik dan akhirnya pacaran dengan cewek lain yang memang luar biasa cantik, Kessa menelan perasaan itu dalam-dalam. Meskipun pa­tah hati, dia berusaha terlihat tegar, dan terus mendukung Jayaz sebagai sahabat. Munafik memang, tetapi bersandiwara sudah menjadi keahlian perempuan. Menangis di dalam kamar, tetapi tersenyum sambil menemani Jayaz membeli kado untuk pacar­nya bisa Kessa lakukan pada hari yang sama.

Mereka berpisah setamat SMA. Jayaz kuliah bisnis di Inggris, sedangkan Kessa belajar jurnalistik seperti yang selalu dia inginkan. Mereka bertemu lagi saat reuni SMA tujuh ta­hun lalu, kembali jalan bersama layaknya sahabat, dan ketika mereka akhirnya putus dari pacar masing-masing, Kessa dan Jayaz sepakat berkomitmen sebagai pasangan.

Itu proses yang alami. Kessa tahu dia akan menghabiskan sisa hidup bersama Jayaz saat pria itu memintanya berkomitmen sebagai kekasih. Dua tahun terakhir, hubungan mereka sebagai pasangan memang tidak terlalu mulus karena mereka akan ber­selisih pendapat saat Kessa memulai pembicaraan tentang hu­bungan yang lebih daripada sekadar pacaran.

Jayaz belum siap untuk komitmen sebesar itu. Namun, hu­bungan mereka sebagai teman atau sahabat luar biasa. Jayaz bisa diandalkan untuk semua hal yang tidak sempat dilakukan Kessa. Membawa mobilnya ke bengkel, membereskan apartemen Kessa yang berantakan karena dia terlalu sibuk bekerja, hingga mengepak dan membawa pakaian Kessa yang menumpuk dalam keranjang ke laundry pun bisa Jayaz lakukan. Pria itu memang sangat mencintai kebersihan dan kerapian. Melihat tumpukan pakaian kotor di dalam keranjang saat datang ke apartemen Kessa akan mengganggunya.

Namun, keraguan Jayaz terhadap komitmen akhirnya ber­akhir. Bunga, kartu, dan rooftop restaurant adalah buktinya. Kessa terus tersenyum menatap kartu di tangannya. Umur mereka memang sudah tidak muda lagi. Ini saatnya untuk membangun keluarga bersama.

Senyum Kessa semakin lebar saat melihat pesan Jayaz di ponselnya.

JAYAZ

Lihat selengkapnya