Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup."
Geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini. Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.
Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.
“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut nama putrinya Livy, gadis yang berulang tahun di umur kesembilan belasnya hari ini.
“Iya, Ketua,” hormat Livy begitu sampai di hadapan ayahnya, di pusat perhatian acara. Gadis berambut hitam keunguan itu sepertinya sudah menyiapkan diri untuk hari ini.
Seluruh anggota mafia The Shadowup terdiam, mereka terlihat serius. Karena inilah yang membuat geng mereka berbeda dengan geng remeh yang biasanya hanya memakai otot mereka. Ya, detik ini juga mereka sedang melakukan upacara ulang tahun kesembilan belas dari pewaris tahta sekaligus upacara penyerahan ujian untuk meresmikan tahta kepada sang pewaris.
“Kemarikan sabitmu,” perintah Radz.
“Baik.”
Livy membawa senjata favoritnya ke hadapan sang ayah, untuk diberi tanda merah sebagai bukti penyerahan ujian khusus ini, selesai memberi tanda Radz mengembalikan sabit Livy. Membuat Livy kini benar-benar terlihat mirip dengan malaikat maut.
“Dengan ini, kau resmi menyandang tugas akhirmu sebelum menjadi ketua,” Radz menautkan jari-jarinya dan berpose tegas, “bunuh 1001 pemuda brengsek di kota ini Livy,” sambung Radz.
Mata Livy membelalak, spontan ia mendongak dan menatap ayahnya itu, “Anda yakin ketua? Bukankah seharusnya 101 pemu-“
“AHAHAHA, lihat wajah kalian semua! Hahaha, candaan begini ternyata bisa membuat kalian tertipu?” potong Radz yang menertawakan seluruh anak buahnya yang terkejut karena perintah palsunya.
Radz mengatur kembali suaranya, “Tentu saja kau hanya butuh 101 pemuda untuk kau bunuh Livy, bunuh pemuda brengsek yang mana saja yang berani mendekatimu... disini, bunuh mereka langsung di hadapanku dan anggota lainnya.”
“Baik, akan saya lakukan dengan skenario terbaik saya dan membuat anda terkesan sehingga saya pantas berada di posisi ketua,” hormat Livyanne De Synne, gadis tak berperasaan dan selalu bertampang datar itu menerima ujiannya di hari ulang tahunnya yang kesembilan belas.
“Putriku sekarang sudah dewasa ya, aku bangga padamu Ivy,” Radz memanggil nama kecil Livy, “teruskan sikap tak berperasaanmu itu, ingat, jangan sedikit pun berbelas kasih pada orang yang salah,” ucap Radz penuh penekanan dengan tatapan tajamnya.
“Tentu ayah,” balas Livy, dia baru akan memanggil Radz ‘ayah’ saat Radz memanggil nama kecilnya.