Selama perjalanan Kenzie hanya diam melamun. Icha pun membiarkan cowok itu menenangkan diri. Meski ia sangat penasaran apa yang Sir Danny katakan sampai berandalan di sampingnya ini mati kutu. Apa Sir Danny mengancam karena akhirnya Kenzie mulai mencium kejanggalan dari meninggalnya Bu Susi?
Fokus Icha kembali saat sebuah Audi A8 hitam dengan nomor plat yang sangat dikenalnya terparkir di sebuah restoran Jepang. Dengan mulus Icha memarkirkan Marcedes Benznya di samping milik Keysie dan mengajak Kenzie turun.
Keduanya lalu masuk dan dengan mudah menemukan Keysie yang sedang menonton Maxime menghabiskan ramen. Icha langsung menangkap tangan Kenzie begitu sekelebat ia melihat anak laki-laki itu hendak pergi keluar dari restoran. Beberapa orang memandang aneh Kenzie yang mengomel kecil saat Icha menariknya setengah paksa menuju meja Keysie dan Maxime.
"Cepat banget," celetuk Keysie begitu melihat kedatangan sahabatnya. "Gue nggak bisa cek, soalnya tadi dia kayak mau pingsan gitu" Icha menunjuk Kenzie yang balas menatapnya galak. Yang ditatap hanya melengos dan memandang sepupu tirinya yang masih menunduk melamuni mangkuk yang sudah kosong.
"Heh! ayo pulang, telepon dan sms dari ibu lo itu mengganggu tahu nggak!" usai berucap sedemikian, Icha langsung keluar lebih dulu. Dari dalam Maxime bisa melihat ke luar dinding kaca restoran kalau Icha masih duduk diam menunggu di dalam mobilnya. Tak lama ponsel Maxime bergetar pelan, begitu cowok itu membuka pesannya ia menghela napas berat.
'Cepat keluar kalau masih mau satu atap sama adik lo!'
"Ayo, ken!" ajak Maxime yang membenahi dirinya dengan tergesa-gesa. Baru saja Kenzie akan membalik tubuhnya, pergelangan tangannya sudah dicekal Keysie yang masih duduk di kursinya. Bukan hanya Kenzie yang menoleh, Maxime pun ikut memandang Keysie dengan tatapan bertanya.
"Lo hutang cerita sama gue," bisikan Keysie yang mengancam tidak selaras dengan terbentuknya kurva dari kedua belah bibirnya. Keysie menyisipkan uang tip di buku menu nya lalu berdiri dan mengapit lengan Kenzie dengan miliknya "Kamu pulang aja max, kasihan mama kamu khawatir" nasihat Keysie dan langsung menarik Kenzie tanpa mempedulikan omelan Kenzie dan bisikan orang-orang tentang dirinya yang meninggalkan pacar demi laki-laki lain.
Kedua mata Icha bergulir mengikuti sosok sahabatnya dan cowok yang dengan mudahnya masuk ke dalam pertemanan mereka. Setelah mobil Kenzie melaju pergi meninggalkan restoran, pandangan Icha berganti mengarah pada Maxime yang melangkah keluar dari restoran dan memandangi wujud mobil Keysie yang semakin mengecil di ujung jalanan.
"Kasihan juga," pikir Icha.
Begitu terdengar pintu mobilnya terbuka dan Maxime duduk di kursi penumpang, Icha langsung menyalakan mesin lalu memundurkan mobilnya dari tempat parkir. Selagi Icha mengendarakan mobil menuju rumah Maxime, cowok itu membuka ponselnya dan mengirim pesan pada ibunya. Menanyakan apakah benar beliau yang menyuruh Icha menjemputnya.
Maxime mencuri pandang pada sepupu yang lahirnya hanya beda sehari dengannya itu. 'Ini pertama kalinya dia mau bicara sama gue'.
Bunyi notifikasi ringan dari ponselnya memutuskan tatapan sembunyi-sembunyinya pada Icha.
'Mama nggak minta Anis jemput kamu kok,' Anis itu nama panggilan Icha di rumah. Tapi bukan hal itu yang dipermasalahkan Maxime.
"Cha, mama nggak suruh lo jemput gue kok." desak Maxime pada Icha yang mengunci perhatiannya pada jalanan di depan. "Cha!" panggil Maxime dengan sedikit membentak. "Ada hal penting yang harus Kenzie kasih tau ke Keys," sahut Icha dengan rahang yang mulai mengeras. Icha benci sekali kalau orang yang ia benci berani membentaknya.
"Hal penting apa?" ketus Maxime sama sekali tidak keberatan kalau suaranya terdengar seperti anak kecil yang tengah merajuk. Icha berdecak keras dan sekejap mendelik tajam ke arah Maxime. "Lo nggak ada hubungannya dengan hal itu!" hardik Icha dengan nada yang lebih tinggi daripada lawan bicaranya.
"Gue berhak tahu cha, Keysie itu pacar gue!"
Wajah Icha yang tadinya mengeras karena emosi kini mulai melunak. Suaranya pun mulai terdengar lebih tenang. Pikirnya, percuma berdebat dengan seorang anak yang tumbuh besar dari didikan seorang ibu. Apalagi tipe ibu yang memanjakan anak-anaknya seperti mama Maxime.
"Mereka berdua akan membicarakan penyebab kematian Bu Susi yang janggal, sebenarnya ini tugas ayah Keysie,"
Maxime menggumam pelan tanda ia mengetahui kalau ayah Keysie adalah seorang jaksa. Seorang jaksa pun membutuhkan informasi dari segala sumber sebelum bisa menuntut seorang tersangka.
"Keysie itu udah diarahkan untuk jadi pengacara sejak kecil, dia dibiasakan untuk menganalisa segala sesuatu secara kritis" Icha mengedikan kedua bahunya berusaha terlihat tidak peduli, "Yah, setidaknya lo punya pengetahuan sedikit tentang pacar lo itu."
"Kalau gue mau tahu soal Keysie, gue tinggal nanya di---"
"Dia sangat tertutup sama keluarganya," tampik Icha. Cewek itu menyempatkan diri melirik Maxime dengan tatapan mengejek, "Apalagi sama lo, yang cuma berstatus numpang lewat di hidupnya."
***