"Sisanya kalian rapihkan ya, sekalian tulis kesimpulannya---"
"BECA!! KAK BECA!!" jerit Benedict dari lantai atas tempat kamarnya berada. Tanpa melanjutkan kata-katanya pada Kenzie dan Jose, Beca langsung berlari menaiki tangga menuju kamar kakak laki-lakinya. Kakak tiri. Kenzie baru saja mengetahuinya setelah berkirim pesan dengan Keysie semalam. Tiba-tiba wajah Kenzie bersemu merah mengingat dirinya yang ketiduran saat Keysie menelponnya. 'Bukan salah gue kan, lagian Keysie betah banget telponan sampai tiga jam' pikir Kenzie. Masalahnya pesan dari Kenzie tak kunjung dibalas Keysie sejak tadi subuh.
"Lo aja deh, ken, yang buat seluruh kesimpulannya, gue lebih pilih jawab pertanyaan sehabis presentasi nanti." Jose bangkit lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Kalau begitu bagian lo menjawab ditambah ya!" usul Kenzie saat melihat Jose sudah menutup kedua matanya. "Iya ah, bawel!" sahut Jose. Kurang dari sepuluh menit sudah terdengar dengkuran halus dari mulut Jose yang sedikit terbuka.
Tepat ketika Kenzie mengarahkan kamera belakang ponselnya pada Jose, Beca turun sambil memapah tubuh Benedict menuruni tangga. "Gue kerjakan kesimpulannya di rumah aja ya, kalau seluruh makalahnya gue kirim sebelum jam sepuluh malam, kira-kira lo masih bangun atau udah tidur?" Kenzie mulai merapikan laptop dan buku paketnya. "Bebas," balas Beca pendek sembari mendudukan Benedict di sofa yang bersebelahan dengan Jose.
Kedua tangan Kenzie sibuk berpura-pura mengecek sesuatu di layar ponselnya. Padahal ia hanya menyusuri halaman home pada instagramnya tanpa minat. Telinganya mendengar jelas bagaimana Benedict merengek pada Beca untuk menonton film 'Beauty and the Beast'. Setelah menyetel film Disney itu dari flashdisknya, Beca pergi ke dapur beberapa menit sebelum akhirnya kembali dengan dua piring omurice untuk Benedict dan Kenzie.
"Gue dikasih tahu Icha kalau lo belum makan siang," Beca hendak melanjutkan kalimatnya. Tapi cewek itu mengatupkan mulutnya dan memilih melempar pandang ke arah televisi. Kenzie paham dengan ekspresi 'tidak enak' dari Beca. Icha pasti menceritakan semua yang terjadi di kantin tadi. Bagaimana salah satu teman sekelasnya yang bergerombol dengan para senior menendang meja kantin yang ditempatinya sendirian. Tempat makannya sampai jatuh begitu juga dengan jus yang baru dibelinya. Kenzie sudah menduga salah satu murid di sekolah pasti akan melabraknya setelah melihat penampilannya yang tidak seperti 'biasanya'. Kenzie berusaha konsentrasi pada film yang sedang mereka tonton ketika kembali teringat bagaimana ia mencoba berani membalas tatapan merendahkan dari seniornya. Tetapi malah berakhir wajahnya yang disiram dengan air minum.
Kedua mata Kenzie melihat Benedict yang bersandar manja pada Beca sambil terisak pelan. Tidak, film yang mereka lihat sekarang sama sekali tidak mengandung unsur tragedi, Benedict menangis sejak tidak mendapati Beca disampingnya saat terbangun dari tidur siangnya. Padahal Beca hanya menyambut Kenzie dan Jose yang hendak mengerjakan tugas kelompok.
Kenzie mengalihkan pandangan ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang. Sekolahnya baru akan bubar jam tiga nanti. Mengapa Kenzie bisa berada di rumah Beca pada jam mata pelajaran berlangsung? Semua itu karena ulah Jose. Sejak jam istirahat kedua Jose sudah membawa ranselnya dan bersembunyi di UKS, tak lupa mengirimi Kenzie pesan bahwa bagaimana pun caranya Kenzie sudah harus menemuinya di UKS sebelum jam setengah dua. Akhirnya Kenzie berbohong kalau harus menjenguk neneknya yang sakit bersama kedua orangtua nya. Baru saja setengah jalan menuju rumah Beca, banyak sekali missed calls dari ibunya. Kenzie sempat menjawab sekali secara padat dan jelas kalau ia ingin tugas kelompoknya cepat selesai. Namun, tidak mempan. Ibunya semakin barbar mengirimi pesan kalau tidak seharusnya Kenzie membolos dan menjelaskan pentingnya rasa pengertian antar anggota kelompok. Kenzie setuju dengan sang ibu, tetapi keinginan untuk mengikuti ide Jose muncul begitu saja. 'Mungkin ini efek kelamaan akting jadi anak nakal' pikir Kenzie.
"Sorry ya, kakak gue ikut-ikutan ..." bisik Beca. Sedangkan Benedict yang masih setia bersandar pada pundak Beca perlahan mulai mengantuk sebelum klimaks dalam film itu muncul. "Kakaknya itu lo atau Ben, sih?" tanya Kenzie penasaran. Beca menunjuk dirinya sendiri dan semakin menimbulkan kerut dalam di dahi Kenzie. "Tapi, tadi Ben panggil lo Kak Beca ..."
"Kakak perempuannya memilih tinggal sama pihak ayah waktu orangtua Ben bercerai, semenjak mama Ben menikah lagi dengan papa gue, dia selalu panggil gue 'kakak'" Beca melirik Benedict yang sudah terbang ke alam mimpi. Telunjuk Beca menyingkirkan anak rambut kakak tirinya yang jatuh menutupi setengah kelopak matanya. "Padahal dia lebih tua sehari daripada gue" Kenzie tersenyum mendengar hal itu "Pasti senang ya punya saudara," komentarnya. Beca melihat ke arah Kenzie dan mengangguk dengan senyum tipis. Dalam hatinya Kenzie memekik gemas melihat Beca yang sulit menunjukkan rasa senangnya karena memiliki saudara. Kalau diberikan kesempatan untuk meminta, Kenzie ingin memiliki kakak yang sangat penyayang dan pengertian seperti Beca. Terbukti dari jawaban cewek itu saat Kenzie bertanya 'Kenapa gue jarang lihat lo sama Benedict jalan bareng di sekolah?'
Beca menjawab dengan suara sendu, "Dia nggak mau dipandang bergantung sama gue, selain itu..." Beca mengeratkan dekapan lengannya pada Benedict, "Gue nggak mau Ben ditindas lagi sama siswa-siswa kelas sebelah." Kenzie mengangguk maklum. Dilihat dari sifat Benedict yang kekanakan, kadang sangat ceria namun bisa sangat marah karena hal sepele, dan mungkin juga karena rasa iri murid-murid melihat Beca yang selalu menemani Benedict. Ditambah dengan kemungkinan mereka tidak tahu hubungan keluarga di antara Beca dan Benedict, sudah pasti mereka semakin ingin menganggu anak laki-laki sepolos Benedict.
"Gue nggak bisa mencurigai si Danny, dia udah berada di penjara sekarang, gue juga nggak bisa menunjuk satu orang siswa kelas sebelah yang memiliki niat mencelakai Ben, hah ..." Beca menghela napas kasar sebelum melanjutkan, "Gue nggak ada bukti dan hanya bisa mengandalkan Keysie."
"Astaga lama-lama kuping gue lepas!" sungut Kenzie sembari menyendok asal-asalan omuricenya. Beca berdeham dengan nada bertanya dan Kenzie menjawab lugas, "Setiap orang yang dekat sama gue pasti kenal sama Keysie!" Beca tertawa pelan mendengar ocehan Kenzie yang menurutnya lucu. "Wajar kan, dia satu-satunya cucu perempuan keluarga paling terpandang di kota ini."
"Apa hanya karena statusnya ia dikenal banyak orang?" tantang Kenzie. Kalau benar, Kenzie benar-benar akan merasa jijik pada remaja perempuan dengan senyum palsu itu!