Behind The Glasses

Dyah Ayu Anggara
Chapter #11

Unbeliavable

Desember, Paviliun rumah Icha. 

Sebulan setelah kejadian di ruang kepala sekolah, Icha mengajak ketiga sahabatnya beserta Kenzie dan Jose untuk menghabiskan libur tahun baru di rumahnya. Hanya dua hari satu malam, bertepatan dengan kedua orangtua Icha yang sedang melakukan pekerjaan di luar kota. 

Kenzie harus menjemput Jose terlebih dahulu, jangan lupa dengan fakta anak laki-laki tukang tidur yang tidak biasa. Jose hanya malas bila berada di sekolah, tapi kalau bermain semangatnya langsung membara. Kenzie pikir temannya itu akan ketiduran. Namun, ajaibnya Jose sudah duduk di teras rumahnya dengan tas selempangnya. 

Selama perjalanan, Jose terus berceloteh riang akan kembang api dan kira-kira makanan apa yang akan disiapkan Icha. Begitu turun dari Grab Car, mereka berpapasan dengan Maxime dan Regina. "Kalian juga diundang?" Jose berusaha berbasa-basi karena dia paham dengan situasi yang terjadi di antara Kenzie dan Cold Couple di hadapannya. "Iya," jawab Maxime, singkat, padat, dan jangan lupa tatapan tajamnya pada Kenzie. Sudah lama Kenzie tidak melihat kedua mantan sahabatnya itu. Maxime terlihat semakin merawat kulit wajah dan tatanan rambutnya, dibandingkan dengan Regina yang justru seperti mayat hidup. Regina tampak seperti pohon yang kering sedangkan Maxime adalah benalunya. 

Keempat remaja itu berjalan beriringan melewati gerbang rumah Icha. Jose menyapa singkat sang satpam dan merangkul bahu Kenzie yang tiba-tiba melorot lesu. Kenzie tidak tahu Icha juga mengundang Maxime dan Regina. Sudah pasti malam nanti Maxime akan menertawakannya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, seperti apa hubungan membosankan antara dirinya dan Keysie. 

Karena mereka datang pada sore hari, maka pemandangan pertama saat memasuki kediaman Icha adalah Evi yang sedang menonton televisi sambil makan es krim di mangkuk kaca besar. "Sini, sini, yang lain lagi ambil bahan-bahan makanan di dapur," Evi menatap jahil Kenzie yang langsung duduk di sampingnya. Sedangkan Jose, Maxime, dan Regina duduk di sofa yang memuat tiga orang sekaligus. "Astaga pi, lo makan apaan sih?" heran Kenzie saat melihat isi mangkuk Evi yang berwarna hijau kecokelatan dan terdapat bintik-bintik kecil hitam. "Es krim green tea, Nescafe Mochaccino, sama biskuit oreo" jawab Evi lancar sambil mengayunkan sesuap besar adonannya itu ke dalam mulut. "Lo nggak begah, vi?" kekeh Jose yang dibalas gelengan keras dari Evi. 

Tak lama, Adel dan Keysie muncul, keduanya masing-masing membawa senampan penuh daging yang sudah dibumbui. Sedangkan Icha yang di belakang tampak kepayahan membawa satu kotak berisi es batu dan minuman kaleng. Maxime langsung berdiri membantu sepupunya itu. "Boxer lo lucu, keys" celetuk Evi yang sedetik kemudian langsung menahan tawa agar es krimnya tidak keluar dari hidung. Jose malah tergelak hebat sembari menunjuk wajah Kenzie yang memerah. 

"Memang kenapa sih sama boxer lo, keys?" Icha menatap lekat boxer bermotif bebek yang Keysie pakai. Boxer itu berada satu centi di atas lutut. Keysie yang mendadak menjadi pusat perhatian hanya membalas tatapan-tatapan meledek itu dengan ekspresi batunya. "Memang salah pakai hadiah dari pacar?" Keysie melempar pandang ke Kenzie yang melotot marah. "Lo kan yang suruh gue pakai hadiah pemberian lo dengan benar, udah gue pakai dengan SANGAT BENAR," lanjut Keysie lalu berlalu ke halaman belakang rumah dengan wajah semerah tomat. 

"Oh iya, Icha nggak ikut camping bulan Juli, jadi dia nggak tahu!" Evi berseru heboh. Icha menatap Adel seolah butuh jawaban. "Ada acara tukar kado, jenis hadiahnya udah ditentukan, cowok kasih sapu tangan, cewek kasih cokelat, dan kayaknya Kenzie salah ambil, hahahaha!" Adel tidak bisa menahan tawanya karena tiba-tiba ia teringat ekspresi kaget Keysie saat mendapatkan dan membuka hadiah dari Kenzie di depan semua murid angkatan mereka. 

"Biar gue aja yang bawa ke halaman belakang," Maxime memecah gelak tawa orang-orang disitu dengan berusaha mengamil semua alih kotak yang dibawa Icha. Sayangnya Icha paham dengan ekspresi Kenzie yang tiba-tiba terlihat masam. "KITA bawa ke halaman belakang," final Icha setelah mengedipkan sebelah matanya pada Kenzie. Setelah Adel menyusul, Evi berkata pada tiga orang yang masih bersamanya di ruang tamu, "Kalian ganti baju santai dulu, heh, dengar nggak lo?" suara ramah Evi langsung berubah ketika berbicara pada Regina yang hanya duduk dan larut dalam dunia maya.  

Usai berganti pakaian di kamar yang ditunjukkan Evi, tiga remaja tadi menuruni tangga cepat-cepat menyusul yang lain di halaman belakang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam dan aroma daging yang dipanggang sudah sangat menggugah selera. Sesampainya ketiga remaja tadi disambut dengan Evi yang melambaikan satu tangannya dengan ceria, sementara satu tangannya yang lain sedang menata daging, jamur, dan salad di setiap piring. 

Kedua mata Kenzie mengikuti sosok Keysie yang sedang membuat saus dengan Adel. Ketika Adel bertugas menuang cabai atau air, Keysie yang mengaduknya sampai airnya menguap. "Sebenarnya gue bisa buat sausnya sendiri ..." "Nggak apa-apa, del!" sela Keysie sambil mendongakan kepalanya agar tidak terkena uap pedas saus yang sedang mereka buat. Tak membuang waktu, Kenzie mengarahkan kamera ponselnya pada sikap Keysie yang menurutnya lucu itu lalu mengunggahnya di Instagram Story. 

"Ken," Kenzie menoleh dan mendapati Maxime yang baru saja memanggilnya. "Jangan berdiri terus! Rapihkan mejanya," Maxime menunjuk taplak meja yang masih terlipat. Dengan ogah-ogahan Kenzie melakukan yang diperintah Maxime. Maxime sendiri tidak begitu senang dengan respon Kenzie, dia lebih suka Kenzie yang balas membentaknya atau meledeknya.

Begitu semua sudah siap, mereka duduk mengitari meja makan sambil sesekali melempar candaan, kecuali Regina dan Maxime yang sibuk dengan dunia mereka sendiri. Regina makan sambil menatap tajam Icha yang sedang mengobrol dengan Adel dan Jose, sedangkan Maxime diam-diam mendengarkan percakapan antara Evi, Kenzie, dan Keysie.

Usai acara makan malam, Icha menyalakan proyektor yang sudah di pasang sedemikian rupa di tempat mereka makan tadi. Bedanya, tidak ada lagi meja, melainkan delapan buah bean bag bermacam warna. Mereka memilih untuk menonton film series 'I Am Not Okay With This'. Tiba-tiba Icha menggeser bean bagnya dan menidurkan kepalanya di kedua kaki Adel yang tertekuk. "Cha, mohon sadar diri, kepala lo ber---" Adel melotot marah saat Evi mengikuti kelakuan Icha, bedanya Evi menyandarkan kepalanya yang tidak ringan itu di bahu Adel. 

Adel menengok ke Keysie hendak meminta bantuan, tapi ia hanya bisa menghela napas melihat Keysie yang sedang asik 'perang kaki' kecil dengan Kenzie. 

"Eh, ada yang ulang tahunnya udah lewat ya?" tiba-tiba Evi kembali berseru heboh seolah terdengar tidak tahu menahu, tapi sebelah lengannya menyenggol kencang Kenzie yang menatapnya aneh. "Ulang tahun gue masih besok, vi." jawab Kenzie. 

"Hari ini," koreksi Keysie sembari menunjukkan jam tangannya. Tepat pukul tengah malam. Tiba-tiba saja Jose muncul dari arah belakang Kenzie sembari membawa kue ulang tahun kecil dengan potongan jeruk, stroberi, dan lima lilin kecil sebagai hiasan. Ketika semuanya menyanyikan lagu panjang umur, Kenzie hanya bisa menahan tawa dan air matanya secara bersamaan. "Thank you ..." napas Kenzie semakin tercekat saat teman-teman yang mengerubunginya kini merenggang dan membiarkan Keysie maju dengan sebuah hadiah yang cukup besar di tangannya. 

"Happy Birthday, Kenji." bukan hanya bibirnya yang menampilkan ketulusan, kedua netra kelam Keysie pun ikut bersinar malam itu. Kenzie tidak tahu kenapa dia sangat cengeng, terakhir kali ulang tahunnya dirayakan ketika ia masih sangat kecil. Bersama ayahnya. Keysie mendekat dan merengkuh pacarnya erat. "Lo harus terus bahagia ya," bisik Keysie yang dibalas anggukan singkat Kenzie. 

"Buka dong hadiahnya!" usul Jose tidak sabaran. Kenzie pun merobek kertas pembungkus hadiahnya. Dua alis Kenzie bertaut saat mendapati sebuah bed cover berwarna putih dengan corak gambar anak anjing pomeranian yang masih terlapisi plastik. "Kenapa lo kasih gue bed cover?" Kenzie tidak tahan untuk tidak bertanya. Keysie mengangkat kedua bahunya ringan, "Itu bermanfaat, bisa buat lo hangat dan nyaman ketika akan tidur," 

***

Sebulan setelah pertemuan terakhir di cafe. 

"Dingin," Kenzie menggigil di dalam balutan bed cover pemberian pacarnya. Ah, masih bolehkah ia memanganggap Keysie sebagai pacarnya? Sejak pagi, Kenzie sudah bergelung dalam satu-satunya barang yang selalu menjadi perwakilan kehadiran Keysie di sisinya. Ya, remaja itu izin tidak masuk sekolah setelah semalam ada berita membahagiakan bagi sekolah namun tidak untuknya. Keysie sukses mendapatkan beasiswa dari Zealand University, Denmark. Pandangannya kembali terpaku pada berbagai ruang chat yang berada di barisan paling atas. 

EpiCCC (10)

Keys gilaa, masa dia left dari gc!

Lihat selengkapnya