Behind The Mask

Retchaan
Chapter #4

BTM ~ 4

---

Setelah kejadian itu, Genta dirawat diam-diam di rumah sakit. Tidak ada yang tahu, bahkan orang tuanya. Yang merawatnya hanyalah ibu Kenneth—dengan tangan lembut dan mata yang penuh prihatin, seolah merawat anaknya sendiri.

Dia sempat menelepon ibunya, mengatakan bahwa sekolah mengadakan tur luar kota selama beberapa hari. Jennyta, sang ibu, mempercayainya tanpa curiga. Ia hanya berpesan agar Genta menjaga diri dan tidak lupa makan.

Hari berganti. Tiga hari berlalu sejak kejadian kelam itu. Luka di tubuh Genta belum sembuh sepenuhnya, tapi rasa bosan sudah mulai menggigit. Ia pun meninggalkan kamar rawatnya, menyusuri koridor rumah sakit yang sunyi.

Langkahnya terhenti di depan jendela besar yang menghadap ke taman. Kelopak bunga beterbangan ditiup angin, pepohonan bergoyang lembut seperti menyanyikan lagu duka. Untuk sesaat, hatinya terasa sedikit tenang.

Tapi saat ia berbalik hendak kembali ke kamar, sosok itu berdiri di hadapannya.

“Ibu…?” bisik Genta, nyaris tak terdengar.

Jennyta menatap anaknya dengan mata membelalak. Matanya menyapu seluruh tubuh Genta—wajahnya pucat, tubuhnya kurus, tangan kirinya tersambung ke selang infus. Keterkejutan tergambar jelas.

“Kau bilang sedang tur sekolah…” ucap Jennyta perlahan, suaranya nyaris retak.

Genta menunduk, dadanya terasa sesak. “Maafkan aku, Bu…” gumamnya. Bibirnya bergetar. Ia mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk.

Jennyta mendekat, menggenggam kedua tangannya. “Tidak… ibu yang minta maaf. Ibu terlalu sibuk. Ibu tidak melihatmu…”

Ia membopong Genta kembali ke kamar, menatap anak itu seolah takut kehilangan. Dan di kamar itulah, Genta akhirnya bercerita. Tentang Kenneth. Tentang Ryland. Tentang kekerasan yang mereka alami dalam diam.

Wajah Jennyta mengeras. Matanya memerah, bukan karena tangis, melainkan karena amarah yang ditahan. Dalam sekejap, ia meninggalkan rumah sakit menuju sekolah.

Lihat selengkapnya