Behind The Mask

Retchaan
Chapter #12

BTM ~ 12

---

Suasana aula utama semakin padat. Lampu gantung kristal memantulkan kilau emas di antara gelas-gelas anggur yang tak pernah kosong. Musik piano mengalun lembut di latar belakang, membaur dengan suara tawa elegan para tamu undangan yang berlalu-lalang dengan senyum penuh politik.

Tiba-tiba seorang panitia menghampirinya. “Tuan Krieger, ada seseorang yang ingin bicara empat mata dengan Anda. Dia menunggu di ruang belakang.”

Genta melangkah melewati koridor hotel yang senyap, hanya diterangi oleh lampu gantung yang memantulkan cahaya hangat ke dinding marmer. Dia tak tergesa, tapi langkahnya mantap seolah tahu apa yang akan dihadapinya di ruang belakang itu bukan sekadar percakapan biasa.

Ia membuka pintu bercat hitam yang tertulis “Private Lounge – Access Only”, menunjukkan lencana kecil dari panitia acara. Seorang penjaga hanya mengangguk dan membiarkannya masuk.

Di dalam, ruangan itu lebih tenang daripada aula utama. Dindingnya dipenuhi rak buku klasik dan panel kayu gelap. Hanya ada dua orang di sana.

Yang pertama adalah seorang pria tua dengan jas abu-abu rapi dan tongkat kayu hitam—Bartholomeus Krane, mantan penasihat keuangan Jennyta, yang kabarnya sudah menghilang sejak kematian Jennyta. Yang kedua, duduk santai di sudut ruangan dengan laptop terbuka dan beberapa dokumen tersebar di meja kopi adalah Dipta, tangan kanan Genta yang telah menjadi mata dan telinganya selama beberapa bulan terakhir.

Dipta berdiri begitu Genta masuk. “Tuan Krane menunggu untuk bicara langsung denganmu,” ucapnya singkat.

Bartholomeus memandang Genta dari balik kacamatanya yang tebal. “Akhirnya kau datang juga, anak muda. Aku hampir saja mengira kau mengikuti jejak ayahmu yang menunda pertemuan penting demi pencitraan di hadapan media.”

Genta duduk perlahan, menanggalkan sarung tangan formal yang ia kenakan. “Kalau aku benar-benar seperti ayahku, kau tidak akan ada di ruangan ini sekarang.”

Bartholomeus mengangguk, lalu mengambil sebuah map kulit dan menyerahkannya. “Ini salinan terakhir dari laporan aset yang tidak tercatat atas nama ibumu. Termasuk lukisan yang tidak pernah dipajang dan properti yang dialihkan diam-diam sebelum kecelakaan.”

Genta membuka map itu, menatap deretan angka dan nama lokasi dengan mata tajam.

Lihat selengkapnya