Behind The Mask

Retchaan
Chapter #15

BTM ~ 15

---

Pesawat Genta baru saja mendarat ketika sinar matahari sore menyambutnya di langit Manhattan. Bersama Dipta yang setia menemaninya, ia melangkah cepat keluar bandara, enggan membiarkan waktu terlalu banyak terbuang. Mobil hitam mereka melaju stabil melewati jalanan kota yang mulai ramai, menuju sebuah gedung berarsitektur modern di pinggir jalan utama.

Begitu sampai, Genta membuka pintu dan melangkah keluar tanpa berkata apa pun. Dipta tetap duduk di belakang kemudi, memerhatikannya sejenak sebelum kembali memandang lurus ke depan.

Langkah Genta menyusuri lorong masuk gedung itu, diiringi aroma kopi dan wewangian parfum lembut yang menggantung di udara. Begitu pintu ruangan terbuka, matanya langsung menangkap sosok Eille yang duduk anggun di sofa, segelas kopi hangat di tangan, mengenakan pakaian berwarna pastel yang lembut dipandang.

“Kau sudah datang?” sapanya ringan, tanpa berdiri. Tatapannya tajam namun senyumnya terjaga. “Gimana perjalanan bisnisnya? Lancar?”

Genta hanya mengangguk sekali, singkat, tanpa suara. Ia tidak menatap langsung Eille, hanya mengalihkan pandangannya ke arah dalam ruangan.

Seketika itu, seorang wanita dengan clipboard di tangan muncul dari balik tirai. Wajahnya profesional namun hangat.

“Selamat pagi, Tuan Genta, Nona Eille. Mari kita mulai sesi fitting-nya,” katanya sambil memberi isyarat kepada keduanya.

Eille menghela napas pelan, meletakkan kopinya ke meja. Ia bangkit berdiri, menyapu rambutnya ke belakang dengan gerakan anggun lalu berjalan ke arah ruangan fitting. Genta menyusul di belakangnya, tanpa sepatah kata.

Di dalam ruang itu, mereka berdiri berdampingan di depan cermin besar, masing-masing dikelilingi oleh asisten penjahit yang memeriksa detail demi detail pakaian pengantin mereka.

Namun, bukan cermin yang menangkap perhatian Genta, melainkan bayangan wajah Eille yang terpantul di dalamnya. Tatapan wanita itu tak sepenuhnya tenang—ada sesuatu yang bersembunyi di balik matanya. Entah kelelahan, kebingungan, atau mungkin… keraguan.

Genta menarik napas dalam-dalam. Fitting ini mungkin hanya satu langkah kecil menuju hari pernikahan mereka, tapi di balik kain putih dan senyum sopan, ada konflik yang belum selesai. Bukan hanya antara mereka—tapi juga dalam diri masing-masing.

Suasana dalam ruangan fitting dipenuhi suara pelan gesekan kain, jarum pentul, dan sesekali obrolan teknis dari para asisten. Di tengah keramaian itu, hanya Genta dan Eille yang tetap sunyi. Mereka berdiri di depan cermin besar, masing-masing dalam balutan baju pengantin setengah jadi.

“Sedikit lagi, Pak. Kami hanya perlu menyesuaikan bagian bahu,” ucap seorang penjahit di samping Genta.

Genta mengangguk pelan, namun pandangannya melirik ke arah cermin, tepat ke pantulan wajah Eille. Tanpa sadar, mereka saling bertatapan di refleksi cermin yang sama.

Lihat selengkapnya