Behind The Rocks

Retha
Chapter #1

Prolog

"Terima kasih, Bu. Saya kembali ke kelas dulu, ya!" Ujar Winaya Sheila, sambil memberikan hormat dengan sedikit membungkuk. "Makasih juga ya, Mas Fotografer!"

"Ibu yang harusnya bilang terima kasih, Naya... Maaf ya jadi ganggu jam pelajaranmu. Nanti kalau poster sekolah kita sudah jadi, Ibu kabarin, ya!" Bu Maria, guru Bahasa Indonesia yang sering merangkap sebagai marketing SMA Budi Permata memberikan senyum lebar, diikuti dengan seorang fotografer yang berada di sebelahnya. "Sukses ya untuk UAS minggu depan! Bahasa Indonesia bagus lagi, ya!"

"Ah Ibu bisa aja... Siap, Bu!" Sahut Naya, tak lupa tetap memberikan senyum termanisnya, sambil berlalu.

Winaya melangkahkan kakinya menuju koridor kelas perlahan-lahan, sambil menghela nafas panjang. Dirinya pun baru menyadari bahwa minggu depan ternyata sudah mulai UAS. Waktu terasa berlangsung sangat lambat dengan adanya banyak kegiatan semenjak ia dinobatkan menjadi salah satu Duta SMA Swasta Budi Permata. Pemotretan, shooting video promosi, live instagram dan meliput sekolah, kunjungan, serta banyak kegiatan lainnya. Sebenarnya, kegiatan tersebut cukup membantu dirinya melatih diri lagi dalam hal public speaking, namun entah kenapa semuanya terasa mendadak dan menumpuk, sehingga membuat perempuan itu jenuh.

"Eh, itu Kak Naya!" Belum setengah jalan menuju kelasnya, terdengar bisik-bisik dari kejauhan yang sangat jelas bagi telinga Naya. "Sapa nggak ya?" "Pengen sapa, tapi dia tahu kita nggak, ya?" Kedua mata Naya kemudian menangkap sosok yang bersuara barusan, tiga sosok laki-laki yang seragamnya masih berwarna putih bersih serta badge nama yang masih rapi terjahit. Pasti anak kelas 10, batinnya. Kemungkinan besar, mereka melihat Naya ketika perempuan itu menjadi panitia Masa Orientasi Sekolah dan mengajak mereka berkeliling sekolah, sebelum akhirnya direkomendasikan menjadi Duta SMA Budi Permata secara resmi.

Tanpa berpikir, perempuan dengan rambut sebahu yang sedang di bicarakan para siswa itu langsung melemparkan senyum ketika langkahnya semakin mendekat kepada ketiga siswa kelas 10 yang mendekat kearahnya itu. Ketiga siswa tersebut, terlihat kaget, spontan langsung menyapanya. "M-misi, Kak Naya!"

"Santai aja, kan udah enggak MOS lagi, hehe. Duluan, ya!" Balasnya, kemudian berlalu. Winaya, sebagai salah satu siswi yang termasuk populer di SMA Budi Permata, sudah terbiasa mendengar orang-orang tak dikenal yang berbisik-bisik mengenai dirinya dan sudah terbiasa menghadapinya juga dengan caranya. Toh, bagi dia, hal tersebut bukanlah hal yang buruk. Mereka menganggap Naya adalah pribadi yang baik, dan menurut Naya hal itu sangat menguntungkan, terutama dalam hal menutupi apa yang ia lakukan sebenarnya.

"Hey, Kak Winaya!" Dari arah toilet pria, seorang laki-laki jangkung berlari mendekati perempuan itu. Di belakangnya, seorang laki-laki dengan rambut ikal dan kacamata minus mengikutinya, kemudian ikut berjalan di sebelah perempuan itu juga. "Seru banget ya, kalo eksis gitu! Habis syuting, Bu?"

"Apaan sih Gab, gak ngaca ya lu?" Balas Naya setengah tertawa mengingat Gabriel, lelaki enerjik yang berada di sampingnya, merupakan anak yang aktif dan hampir dikenali oleh satu angkatan karena kepribadiannya yang mudah bergaul. "Iya nih. Ngomong-ngomong, kok kalian bisa bareng deh?"

Lihat selengkapnya